Potret Anak Muda Zaman Sekarang, Kecemasan Finansial Solusi Instannya Malah Belanja Impulsif
Kredit Foto: Unsplash/Gilles Lambert
Di media sosial, anak muda tampil penuh gaya, menikmati hangout, traveling, atau mengejar passion. Namun, di balik feed yang serba sempurna itu, banyak dari mereka yang menyimpan kecemasan finansial tersembunyi, atau yang disebut Quiet Financial Anxiety (QFA).
Ini adalah kegelisahan yang mengendap, jarang dibicarakan secara terbuka, namun sangat nyata menghantui pikiran tentang masa depan keuangan.
Anak muda saat ini menghadapi lanskap ekonomi yang jauh lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya. Beberapa hal ini menjadi pemicu utama QFA, di antaranya:
1. Inflasi dan biaya hidup yang melonjak
Harga kebutuhan pokok, bahan bakar, dan jasa terus merangkak naik, membuat pendapatan terasa semakin kecil. Rasa khawatir akan "tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar di masa depan" menjadi nyata.
2. Mimpi rumah yang semakin jauh
Harga properti, terutama di kota-kota besar, terus melambung tinggi, membuat impian memiliki rumah sendiri terasa semakin tidak terjangkau. Ini menciptakan frustasi dan perasaan hopeless.
3. Ketidakpastian lapangan pekerjaan
Model kerja gig economy yang fleksibel, ancaman otomatisasi, dan persaingan global, menciptakan ketidakpastian akan stabilitas karir dan penghasilan jangka panjang. Apakah gaji bulanan akan selalu ada? Apakah akan cukup?
4. Tekanan sosial media
Lingkungan digital yang terus menerus memamerkan gaya hidup mewah teman sebaya atau influencer menciptakan standar semu yang sulit dipenuhi. Ini memicu rasa tidak cukup dan takut ketinggalan (FOMO), meskipun secara finansial tidak sehat.
Mengapa Kecemasan Tersembunyi Sulit Diungkap?
Tekanan sosial untuk tampil sukses
Ada stigma bahwa membicarakan kesulitan keuangan berarti menunjukkan kelemahan atau kegagalan. Anak muda cenderung ingin menunjukkan citra sukses dan mandiri.
Rasa malu dan takut dibicarakan
Kekhawatiran akan dihakimi, dicap "tidak becus mengatur uang", atau "pelit" jika mengakui masalah finansial.
Merasa kewalahan dan tidak tahu harus mulai dari mana
Informasi tentang investasi, perencanaan keuangan, dan manajemen utang bisa sangat banyak dan kompleks bagi pemula. Hal ini bisa menyebabkan paralysis by analysis, di mana kita sangat bingung, dan tidak melakukan apa-apa.
Pengeluaran Impulsif sebagai Pelarian
Ironisnya, kecemasan finansial kadang justru memicu perilaku yang memperburuk keadaan. Pengeluaran impulsif atau belanja yang tidak perlu bisa menjadi bentuk pelarian sementara, mencari kepuasan instan untuk menenangkan pikiran yang cemas.
Namun, setelah efeknya hilang, kecemasan justru bertambah karena uang semakin menipis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement