Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bitcoin Siap Tumbangkan Kemapanan Visa dan Mastercard

Bitcoin Siap Tumbangkan Kemapanan Visa dan Mastercard Kredit Foto: Unsplash/André François McKenzie
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hingga saat ini, Visa dan Mastercard bisa dianggap sebagai duo penguasa layanan transaksi keuangan lintas negara yang ada di dunia. Tak heran bila di Indonesia saja, misalnya, seluruh jaringan koneksifitas layanan perbankan nasional dikuasai oleh dua raksasa tersebut.

Mastercard saja disebut memiliki keanggotaan jaringan hingga 25.000 institusi keuangan di seluruh dunia. Sedangkan Visa pada tahun 2014 saja tercatat membukukan 100 miliar transaksi dengan volume total mencapai US$6,8 triliun. Baru kemudian setahun setelahnya posisi Visa di peringkat kedua dalam hal kartu pembayaran terbesar di dunia sempat digeser oleh China UnionPay yang merupakan Asosiasi Industri Kartu Perbankan di bawah naungan Bank Sentral China. Di luar itu, masyarakat dunia juga cukup familiar dengan keberadaan Paypal, yang merupakan sistem pembayaran lintas wilayah dalam bentuk elektronik/online.

Namun ke depan, dominasi para pelaku petahana tersebut sepertinya mulai mendapat ancaman serius seiring dengan kemunculan mata uang kripto (cryptocurrency). Di tengah sejumlah kontroversi yang mengiringi kemunculannya, faktanya kini secara gradual semakin banyak masyarakat yang mulai tertarik bertransaksi dalam bentuk kripto. Pandangan ini disampaikan oleh Lisa Ellis, analis dari MoffetNathanson, dalam sebuah laporan yang dipublikasikannya, beberapa waktu lalu.

“Investor sebaiknya tidak mengabaikan dan justru mulai mencermati penggunaan kripto yang semakin merebak. Dia adalah ancaman serius bagi keberadaan pelaku (industri) petahana, seperti Visa, Mastercard dan PayPal,” ujar Lisa, dalam laporannya tersebut.

Baca Juga: 70% Milenial Indonesia Gemar Investasi Cryptocurrency?

Di masa depan, Lisa mengilustrasikan bahwa pembelian kopi dengan menggunakan Bitcoin akan menjadi sesuatu yang wajar terjadi. Meski terdengar cukup asing dan cukup menggelikan, namun hal itu merupakan konsep sangat standar bagi kalangan pegiat kripto.

Seorang miliarder pendukung keberadaan Bitcoin, misalnya, meyakini bahwa aktifitas membeli kopi menggunakan Bitcoin akan menjadi sangat lazim dalam dua tahun ke depan. Hal ini seiring dengan kabar dari Starbucks yang infonya baru saja mendapatkan permodalan dari platform Bitcoin berjangka Bakkt dalam size yang cukup signifikan. Salah satu kompensasi yang diminta oleh Bakkt atas suntikan modal tersebut adalah dibukanya peluang bagi Starbucks untuk menerima pembayaran dari pelanggannya dalam bentuk Bitcoin melalui aplikasi Bakkt.

Selain fakta tersebut, Lisa menyebut bahwa pertumbuhan penggunaan Bitcoin di negara-negara dengan inflasi yang gila-gilaan juga merupakan faktor lain yang patut diperhatikan.

“Karakteristik inti dari sistem kripto sangat bertolak belakang dengan karakteristik sistem pembayaran terpusat yang ada selama ini. Hadirnya kripto merupakan antitesis atas sistem pembayaran tradisional yang dikenal mahal dan berbelit,” tutur Lisa.

Baca Juga: Gunakan Blockchain, Pasar Modal Indonesia Bakal Jauh Lebih Aman

Bila tak mau tersingkir, Lisa menyarankan agar para pelaku sistem pembayaran tradisonal seperti Visa, Mastercard dan PayPal untuk segera dapat mengadaptasi teknologi blockchain dan lalu menciptakan ‘wajah’nya yang baru. Jika tidak, para petahana tersebut diminta Lisa untuk segera legowo dalam menerima kenyataan bahwa tak lama lagi pangsa pasar yang telah mereka miliki saat ini dalam waktu dekat bakal digerus dan diambil alih oleh produk-produk cryptocurrency.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: