Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menuding Bus Damri jurusan Bandara Soekarno-Hatta tak transparan karena secara diam-diam menaikkan tarif secara sepihak.
Namun, tak lama kemudian Perum Damri menjelaskan bahwa tarif layanan eksekutif (non-ekonomi) untuk tiga trayek dari dan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta memang mengalami kenaikan sejak 7 Januari 2019. Ketiga trayek tersebut berasal dari tempat pemberangkatan Cikarang, Karawang, dan Purwakarta.
Sekretaris Perum Damri Restiti Sekartini menjelaskan, kenaikan tarif untuk tiga trayek telah mempertimbangkan kelangsungan usaha dengan tetap memperhatikan daya beli masyarakat agar kesinambungan pelayanan tetap terjaga.
Baca Juga: Disemprot YLKI Soal Tarif Naik Diam-diam, Damri: Kami Minta Maaf
Alasan pertama dikarenakan adanya pembangunan di ruas Tol Cikampek yang diketahui telah mengakibatkan kemacetan luar biasa, sehingga waktu tempuh semakin panjang, target jumlah ritase sulit dicapai dan biaya operasional armada meningkat. Kedua, jarak tempuh yang relatif panjang dengan load factor (tingkat okupansi) yang relatif rendah dibandingkan trayek lain.
Alasan yang terakhir, adanya pengaruh faktor ekonomi seperti inflasi, kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Regional (UMR), serta tarif tol yang naik setiap dua tahun sekali.
Dirinya melanjutkan, peningkatan pendapatan Damri utamanya dipergunakan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, di antaranya untuk investasi armada baru, pembaruan sistem tiket, kemudahan pelanggan mendapatkan informasi, pengelolaan armada berbasis IT, dan lain-lain.
"Damri sebagai perusahaan BUMN dilarang untuk merugi, oleh karena itu Damri terus mengevaluasi dan membenahi, bahkan menutup beberapa trayek yang rugi. Namun, penutupan trayek rugi dilakukan dengan sangat hati-hati didukung kajian evaluasi agar tidak mengganggu mobilitas masyarakat," tegas Restiti Sekartini.
Pendapatan dari Kantor Cabang Bandara Soetta merupakan salah satu yang memberikan kontribusi pendapatan penting bagi Perum Damri, namun masih ada 58 cabang lain yang terus didorong untuk berkontribusi positif bagi pendapatan Damri. Sedangkan untuk penugasan pemerintah melalui angkutan perintis, Perum Damri berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) agar layanan dapat terjaga dengan didukung besaran subsidi yang dianggarkan pemerintah.
Sejak 2018, Damri dibantu Telkom terus membangun sistem tiket eletronik yang bertujuan meningkatkan pelayanan pada pelanggan, sekaligus sebagai alat kontrol pendapatan Damri. Sampai saat ini, semua armada Bandara Soetta (kecuali armada mikro-bus) dilengkapi peralatan tap on bus, termasuk armada untuk trayek Cikarang, Purwakarta, dan Karawang.
Saat ini, dua kartu prepaid yang dapat digunakan untuk tap on bus, yaitu kartu BNI 46 dan BRI. Penggunaan kartu prepaid dari bank lain sedang dalam proses diskusi. Penerapan secara konsisten tiket elektronik bukan hal mudah, diperlukan penegakan dan edukasi intensif baik bagi petugas Damri maupun pelanggan.
Baca Juga: KasPro Bidik Pembayaran Non Tunai Damri
Namun, manajemen Damri tetap konsisten untuk memberlakukan sistem tiket elektronik sampai pada titik Damri tidak menerima pembayaran secara tunai yang akan diberlakukan dalam waktu dekat.
"Apresiasi yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada YLKI dan masyarakat terutama pelanggan Damri untuk terus mendukung perbaikan kinerja angkutan Damri sebagai pengawas eksternal. Kami manajemen Damri dengan tangan terbuka menerima masukan, kritik, dan rekomendasi dari berbagai pihak demi tercapainya peningkatan kinerja layanan Damri," pungkas Restiti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti