Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keren, EF Klaim Tak Takut Terdisrupsi oleh ‘Yang Online-Online' Itu

Keren, EF Klaim Tak Takut Terdisrupsi oleh ‘Yang Online-Online' Itu Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perkembangan bisnis rintisan (startup) berbasis aplikasi di Indonesia bisa dibilang sedang dalam puncak performanya. Berbagai sektor industri mulai dari layanan jasa keuangan, e-commerce, dunia pendidikan hingga bidang kesehatan tak luput dari sasaran perkembangan bisnis para pelaku startup Tanah Air.

Seperti dengan munculnya berbagai layanan edukasi berbasis aplikasi yang secara kasat mata diprediksi bakal bersaing ketat dengan lembaga belajar konvensional yang selama ini telah lama eksis.

"Ya kami tahu dalam hal english learning juga sudah mulai banyak pilihannya, mulai lewat aplikasi, video, e-book, dan semacamnya. Tapi sejauh ini kami belum merasakan (gangguan) ya. Soal kekhawatiran adanya disrupsi dan lain-lain, kami rasa belum ada," ujar Head of Marketing EF English Centers for Adults, Evan Januli di sela peluncuran produk Career Track di Jakarta, Rabu (27/3/2019).

Career Track sendiri, menurut Evan, merupakan produk edukasi terbaru dari EF English Centers for Adults yang khusus diperuntukkan bagi kalangan profesional yang ingin lebih menguasai kebutuhan bahasa Inggris di dunia kerja.

Baca Juga: Orang Indonesia Paling Jago Cari Duit, Tapi…

Menurut Evan, untuk menguasai serta memahami dengan baik dan benar sebuah ilmu pengetahuan tidak bisa dilakukan secara instan. Keyakinannya itu juga berlaku dalam proses mempelajari dan menguasai bahasa Inggris.

"Yang namanya belajar itu setahu saya harus dan memang perlu adanya peran guru, mentor atau instruktur. Tanpa itu, proses belajar kita akan tidak berjalan semestinya. Mungkin dengan hanya nonton film atau video berbahasa Inggris gitu, kita bisa tahu tentang bahasa Inggris. Tapi sekadar tahu dan benar-benar menguasai dengan baik dan benar itu dua hal yang berbeda," tuturnya.

Evan pun mencontohkan salah satu kesalahan umum yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat berbicara dalam bahasa Inggris. Menurut Evan, masih banyak kesalahan elementer, di mana bahasa yang dipakai memang bahasa Inggris, namun masih dengan menggunakan struktur dan logika bahasa Indonesia.

"Contohnya, seperti banyak orang kita menyebut 'I ever been there'. Maksudnya 'saya pernah ke sana'. Bisa dipahami sih artinya, tapi secara bahasa itu salah. Yang benar adalah 'I have been there' karena ever itu hanya bisa dipakai untuk bertanya. Nah, dari contoh ini bisa kita lihat peran guru atau mentor itu sangat penting. Soal infrastruktur misalnya, pertemuan langsung di kelas untuk kita bisa praktik langsung berbincang dengan mentor itu penting. Itu yang tidak dimiliki oleh layanan edukasi berbasis aplikasi tadi. Sehingga ketika orang benar-benar mau belajar, mereka pasti paham bahwa tidak bisa hanya mengandalkan belajar secara online. Inilah yang menurut saya menjadi value bisnis kami sehingga sejauh ini relatif tidak terganggu dengan kemunculan mereka," tegas Evan.

Baca Juga: Waduh, Indonesia Termasuk Negara dengan Penguasaan Bahasa Inggris Rendah

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: