Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jangan Cuma Tergiur Keuntungannya, Pahami Juga Duka dari Bisnis Jastip Ini Ya!

Jangan Cuma Tergiur Keuntungannya, Pahami Juga Duka dari Bisnis Jastip Ini Ya! two men and women on yellow background. | Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bisnis di era digital seperti sekarang ini jenisnya bermacam-macam. Mulai dari yang tradisional sampai yang memanfaatkan kecanggihan gawai dan melalui online tentunya.

Salah satu bisnis yang menjanjikan di era sekarang adalah bisnis jasa titip atau disingkat jastip. Potensi untung yang bisa mereka dapatkan cukup menggiurkan. Pasalnya, enggak memerlukan modal besar dan konsumennya juga banyak.

Hanya dengan menggunakan media sosial, bisnis jastip ini banyak peminatnya lho. Banyak dari mereka yang ingin memiliki barang, namun malas untuk keluar rumah. Jadi, jastip berjasa banget!

Umumnya, para pelaku bisnis menambahkan biaya jastip sebesar Rp15-35 ribu dari harga normal. Dari tambahan biaya jastip tersebut, kebayang kan berapa omzet yang mereka dapat kalau sudah punya banyak pelanggan. Modal mereka hanya ongkos transportasi, akomodasi, kouta internet, dan tenaga deh.

Baca Juga: Modal Sepiyik, Bisnis Jastip Buka Peluang Apik

Eits, jangan lihat enak-enaknya dulu. Bisnis ini juga ada dukanya lho. Apa saja ya? Simak deh ulasannya:

1. Lokasi antar toko berjauhan

Kalau jastip lokal, kayaknya poin pertama ini enggak jadi masalah deh. Masalah lokasi antartoko yang berjauhan ini berlaku buat mereka yang jastip pre-order luar negeri. Kalau toko yang telah masuk daftar untuk dikunjungi di suatu negara itu berjauhan, kondisi fisik dan waktu jadi penting banget nih.

Pasalnya, kalau barang yang telah dipesan konsumen enggak terbeli semua karena alasan kondisi apapun itu, wah bisa kacau.

2. Ketersediaan barang

Ini juga jadi masalah. Pemilik jastip enggak bisa memastikan ketersediaan barang yang dipesan para pelanggannya. Soalnya kan pemilik jastip cuma sebagai perantara. Kalau itu terjadi, pemilik bisnis memiliki dua opsi; mengembalikan uang konsumen atau berusa mencari di toko lain.

3. Lelahnya bukan main

Duka yang ketiga ini sih pasti dirasakan oleh semua pekerja ya. Namun, pemilik jastip pasti merasakan beratnya membawa hasil belanjaan konsumen yang tak jarang bisa berates-ratus jumlah barangnya. Beratnya menghabiskan tenaga banget.

Baca Juga: Enggak Perlu Modal, Bisnis Jastip Bisa Raup Keuntungan Selangit

Meski sudah lelah berbelanja seharian, mereka tetap harus berkomunikasi dengan pelayan toko dan “berjuang” mendapat kortingan harga biar bisa mendapat untung lebih. Buat yang punya keterbatasan bahasa, hal ini tentu butuh usaha dan energi ekstra.

4. Harga barang tak sesuai dugaan

Kasus seperti ini juga sering terjadi. Gak jarang harga barang di toko lebih mahal dari yang tercantum website resmi. Padahal harga tersebut sudah diinfokan pada konsumen. Jika begini, pemilik jastip harus sigap menginformasikan hal tersebut ke konsumen. Dampaknya, enggak sedikit konsumen yang keberatan hingga membatalkan pesanan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: