PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) membukukan laba bersih sebesar Rp190 miliar pada tahun 2018, meningkat 40% dibandingkan capaian laba pada tahun 2017 yang sebesar Rp136 miliar. Peningkatan laba perseroan didorong oleh perbaikan kualitas kredit, serta penurunan biaya dana dan biaya overhead.
Penurunan biaya tersebut membuat Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) menurun dari 99,04% menjadi 98,41%.
"Efisiensi kita fokus menurunkan biaya dengan berbagai cara. BOPO berhasil kita turunkan menjadi 98%. Rasio non-performing loan (NPL) gross juga berhasil turun menjadi 6,67% dari 8,54%," kata Direktur Keuangan dan Perencanaan Bukopin, M Rachmat Kaimuddin, di Jakarta, Senin (1/4/2019).
Baca Juga: QR Code Hadir di Aplikasi Wokee, Bank Bukopin Tebar Promo
Adapun penyaluran kredit Bukopin mencapai Rp66,44 triliun. Sebagian besar kredit perseroan disalurkan ke sektor ritel, yaitu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar Rp29,28 triliun dan konsumer sebesar Rp15,26 triliun, serta kredit ke sektor komersial sebesar Rp21,90 triliun.
"Tahun ini, kami akan fokuskan kredit di sektor konsumer dan segmen small medium enterprise (SME). Sektor komersil akan tetap kita jaga. Rasio NPL juga diharapkan bisa turun di bawah 5% untuk yang gross. Kalau NPL nett ditargetkan bisa di angka 3% dari yang saat ini di angka 4,75%," jelasnya.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perseroan pada periode yang sama mencapai Rp76,1 triliun. Dana tersebut ditempatkan dalam bentuk giro sebesar Rp10,04 triliun, tabungan sebesar Rp19,92 triliun, dan sisanya sebesar Rp46,19 triliun merupakan deposito. Per 31 Desember 2018, rasio loan to deposito ratios (LDR) perseroan tercatat 86,18% dengan rasio net stable funding ratio (NSFR) 106,75%.
Dari sisi rasio kecukupan modal, sambung Rachmat, posisi CAR (capital adequacy ratio) perseroan hingga akhir tahun 2018 mencapai 13,41%, meningkat 2,89% dibandingkan dengan posisi CAR pada 31 Desember 2017 yaitu sebesar 10,52%. Di sisi lain, pada periode yang sama return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) perseroan tercatat sebesar 0,22% dan 2,95%.
Ke depan, lanjutnya, Bank Bukopin akan memacu pertumbuhan kinerja pada tahun 2019 dengan melakukan perbaikan kualitas, peningkatan produktivitas, dan mengoptimalkan proses digitalisasi. Perseroan menargetkan pertumbuhan laba bersih meningkat dua kali lipat dibandingkan pencapaian laba tahun lalu.
Adapun untuk aset, Bukopin berharap dapat meningkatkan pertumbuhan aset sebesar 8% dari realisasi pencapaian tahun 2018 sebesar Rp95,6 triliun. Sementara itu, pendapatan operasional lainnya (fee based income) perseroan pada periode yang sama sebesar Rp784 miliar.
Baca Juga: Laba Bersih Maybank Melonjak 21,6%, Pemegang Saham Terima Dividen Berapa?
Perseroan juga terus berupaya memacu pertumbuhan bisnis dengan merilis sejumlah produk dan layanan baru. Salah satu produk andalan yang telah diluncurkan Bank Bukopin pada 2018 dan akan dipacu penetrasinya pada 2019 adalah Flexy Bill, yaitu pembiayaan pembayaran tagihan listrik untuk pelanggan korporasi.
"Kami akan terus memperkuat penetrasi di segmen ritel," ungkap Direktur Konsumer Bank Bukopin Rivan A Purwantono.
Untuk memperkuat bisnis di segmen ritel, strategi yang dijalankan Bank Bukopin antara lain adalah melalui peningkatan penetrasi pada bisnis perbankan digital, pembiayaan perumahan, dan memacu pendapatan dari fee based income.
Fokus bisnis lain yang dibidik Bank Bukopin adalah pada kredit personal, terutama di segmen pensiunan dan kredit kendaraan bermotor melalui sinergi dengan PT Bukopin Finance.
"Dari sisi fee based ada produk baru yang di-push. Ada produk-produk unggulan seperti kartu kredit dan lainnya. Kita akan terus lakukan kerja sama dengan berbagai stakeholder," tambahnya.
Partner Sindikasi Konten: Sindonews
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: