Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gara-gara Jokowi, Neraca Perdagangan Indonesia Terus Defisit

Gara-gara Jokowi, Neraca Perdagangan Indonesia Terus Defisit Rizal Ramli, Pakar Ekonomi | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli mengkritik kebijakan perekonomian yang dijalankan pemerintahan saat ini. Menurut dia, jajaran yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlalu longgar terhadap China. Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia terus mengalami defisit neraca perdagangan yang kian membesar.

"Dulu perdagangan kita dengan China defisit US$13 miliar. 2018, kita defisit US$18 miliar. Kebijakan ekonomi Pak Jokowi terlalu baik dengan China," kata Rizal Ramli dalam konferensi pers usai Debat Terbuka Kelima di Jakarta, Sabtu (13/4/2019) malam.

Dia mengutip data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan China, neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami defisit sebesar US$3,93 miliar dalam kurun waktu Januari-Februari 2019. Laju defisit meningkat dibanding periode yang sama pada 2018, yakni sebesar US$3,29 miliar.

Baca Juga: Sandiaga Sebut "Obat" Guna Atasi Defisit Neraca Perdagangan

Indonesia dinilai perlu memiliki mitra dagang yang baik. "Prabowo berani dengan (Presiden China) Xi Jinping. Kita akan revisi proyek listrik dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung," ucap Rizal Ramli, yang beberapa waktu lalu ditunjuk calon presiden Prabowo Subianto sebagai pakar ekonomi untuk membantu tim Badan Pemenangan Nasional (BPN).

Lebih lanjut, Rizal menambahkan, pertumbuhan ekonomi China sedang merosot, yakni dari semula 8% menjadi 6% hingga saat ini. Hal itu mendorong banyaknya tenaga kerja kasar asal China pergi ke luar, termasuk Indonesia.

Sementara di Indonesia sendiri banyak angkatan kerja yang menganggur. Untuk itu, Rizal mengklaim Prabowo bila terpilih sebagai Presiden RI periode 2019-2024 siap bernegosiasi dengan Negeri Tirai Bambu, termasuk soal tenaga kerja asing. "Diperlukan keberanian dalam dunia internasional," katanya.

Menurutnya, ada banyak cara untuk mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia tanpa mengorbankan martabat bangsa. Rizal menilai India dan Vietnam saat ini lebih diminati investor untuk menjadi negara tujuan penananaman modal. "Kita genjot ekonomi 8%. Ngapain ngemis-ngemis datengin asing," ujarnya.

Baca Juga: Jokowi: Defisit Neraca Dagang Bisa Hilang Kalau. . .

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: