Peredaran hoax melalui media sosial saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Mengapa bisa begitu marak, rupanya ada pihak yang memanfaatkan media sosial untuk kepentingan tertentu. Para penyebar hoax alih-alih menggunakan media sosial untuk menghargai viralitas, mereka justru melakukan manipulasi untuk kepentingan komersil dan politik.
Para penyebar hoax menggunakan akun media palsu, bahkan ada yang digunakan secara terorganisir untuk menyebarkan dan memperkuat kontroversi atau membuat konten yang menyesatkan, yang pada akhirnya mempengaruhi influencer lain bahkan organisasi berita. Pada kasus tertentu, praktik seperti itu digunakan untuk mendiskreditkan merek dagang tertentu yang memiliki potensi gangguan yang sangat mahal dan merusak.
Untuk meminimalisir terjadinya kasus seperti itu, saat ini telah ada Astroscreen, startup yang menggunakan analis pembelajaran yang diinformasikan oleh mesin untuk mendeteksi manipulasi yang terjadi di media sosial. Teknik yang dilakukan termasuk mendeteksi aktivitas terkoordinasi sidik jari linguistik dan akun palsu dan deteksi botnet.
Baca Juga: Serangan Hoax Meningkat, KPU Jadi Sasaran
Ali Tehrani, CEO Astroscreen, seperti dikutip dari techcrunch, sebelumnya mendirikan perusahaan analitik berita dengan mesin pembelajaran, yang dijual pada 2015 sebelum hoax mendapat perhatian luas. Menurutnya ketika membangun startup sebelumnya, dia melihat secara langsung betapa biasnya artikel-artikel berita yang dipolarisasi secara artifisial dan diperkuat oleh akun palsu. Yang pada akhirnya menghilangkan keaslian dari cerita asli.
Ali juga berpikir jejaring sosial secara efektif bersembunyi di bawah permukaan seluruh masalah. Platform media sosial sendiri tidak dapat memecahkan masalah tersebut, karena mereka mencari solusi yang dapat diskalakan untuk mempertahankan margin perangkat lunak mereka. Jika mereka (jejaring sosial) mencurahkan sumber daya yang cukup, keuntungan mereka akan lebih mirip dengan penerbit surat kabat dari pada perusahaan teknologi.
“Jadi mereka fokus mendeteksi anomali kolektif akun dan perilaku yang menyimpang dari norma untuk basis pengguna mereka secara keseluruhan. Tapi ini hanya bagus untuk mendeteksi akun spam dan perilaku yang sangat otomatis,” ujar Ali.
Sementara Astroscreen mengambil pendekatan yang berbeda, menggabungkan mesin pembelajaran dan kecerdasan manusia untuk mendeteksi anomasi kontekstual (bukan kolektif), perilaku yang menyimpang dari norma untuk topik tertentu. Platform ini memonitor jaringan sosial untuk tanda-tanda serangan disinformasi, menginformasikan mereka jika mereka diserang pada tahap paling awal dan memberi mereka (pemilik merek) cukup waktu untuk mengurangi dampak negatif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: