Entrepreneur Harus Tahu! 10 Tips Memacu Karyawan Sukses di Tempat Kerja
Gibu Mathew, wakil presiden dan general manager Asia-Pasifik Zoho Corporation, mengatakan bahwa di dunia digital saat ini karyawan sebuah perusahaan didominasi oleh generasi milenial yang menginginkan tempat kerja produktif, menarik, dan menyenangkan. Kesuksesan karyawan di tempat kerja menjadi kunci untuk mencapai kinerja puncak dari karyawan itu sendiri.
Sebuah perusahaan pun harus memacu karyawannya untuk mencapai kesuksesan di tempat kerja. Gibu memberikan 10 tips yang perlu diketahui dan dijalankan oleh entrepreneur dan pemimpin perusahaan.
1. Bentuk budaya pemberdayaan pengguna
Sasaran bagi organisasi mana pun adalah mendorong pengembangan hubungan yang produktif dan berbagi pengetahuan di tempat kerja, terutama ketika karyawan berinteraksi dengan cara yang semakin digital. Hal itu berarti mengintegrasikan teknologi yang digunakan karyawan untuk memungkinkan mereka berkolaborasi, berkomunikasi, dan berinovasi secara sederhana dan efisien.
Kuncinya adalah mengadopsi alat yang tepat untuk membantu para karyawan melakukan pekerjaan mereka. Alat digital yang tepat dapat membantu mengelola pekerjaan organisasi, misalnya dari dukungan back office, staf front office bisa lebih mudah berbagi informasi yang diperoleh dari interaksi mereka dengan pelanggan.
2. Budaya kolaboratif adalah suatu keharusan
Karyawan jauh lebih mungkin bersatu sebagai sebuah tim di perusahaan dengan budaya yang kuat dibandingkan dengan yang tidak. Budaya positif adalah tulang punggung tenaga kerja yang bahagia. Hal itu memfasilitasi interaksi sosial, kerja tim, serta komunikasi terbuka. Tanpa kolaborasi, banyak karyawan yang akan berjuang untuk menemukan nilai dari pekerjaan mereka, yang mengarah ke berbagai konsekuensi negatif.
Budaya terbuka dan kolaboratif yang memfasilitasi kerja bersama akan membuat karyawan merasa nyaman menjadi diri mereka sendiri. Di ruang kerja kolaboratif, perusahaan dapat berbagi keberhasilan dan kegagalan. Dengan melakukan hal sederhana ini, tentu dapat membantu perusahaan membangun kepercayaan dan hubungan baik di antara karyawan.
Baca Juga: Karyawan vs Entrepreneur, Kamu Mau Jadi yang Mana?
3. Pekerjakan pemain tim (team player)
Engagement (keterlibatan) dimulai tepat dari proses perekrutan. Perusahaan merekrut individu untuk bekerja sebagai bagian dari tim dan organisasi secara keseluruhan.
Pastikan proses perekrutan berfokus pada keterlibatan, menyaring kandidat menggunakan skenario real-time dan menilai sikap mereka di ruang kerja yang berorientasi tim. Jika perusahaan ingin fokus membangun organisasi yang kuat dalam menjalankan bisnis, maka pemain tim sangatlah dibutuhkan.
4. Berinvestasilah dalam survei karyawan
Ini merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah tujuan karyawan perusahaan selaras dengan tujuan inti dari perusahaan. Ini adalah salah satu alat yang paling berguna untuk mempelajari perasaan karyawan bekerja di perusahaan tersebut dan mengetahui apa yang benar-benar mereka butuhkan.
Wawasan yang diperoleh dari survei ini sangat penting karena tren dalam bisnis dan teknologi terus mengubah cara kerja karyawan. Faktanya, menurut penelitian Gartner, 80% pemimpin senior percaya keterlibatan karyawan yang baik adalah bagian penting untuk mencapai tujuan bisnis.
5. Ubah pekerjaan menjadi sebuah permainan
Permainan telah menjadi sesuatu yang serius. Mereka dapat dirancang di sekitar kegiatan yang berbeda. Jika diterapkan dengan tepat, gamifikasi dapat membantu melibatkan orang, mendorong perilaku yang diinginkan, dan mencapai tujuan yang ditentukan.
Orang cenderung tertarik pada kegiatan yang secara autentik memberi penghargaan dan diisi dengan peluang untuk tumbuh dan bersosialisasi. Karena itu, penting untuk memiliki reward bagi karyawan, seperti poin, lencana, kartu level pada kartu skor atau papan peringkat.
6. Dorong karyawan memberikan ide
Kepemimpinan yang cerdas adalah kepemimpinan yang mampu mendengarkan pelanggan, prospek, serta karyawan, termasuk karyawan baru, untuk melakukan suatu pekerjaan. Jika perusahaan tersebut tidak memanfaatkan keahlian mereka dalam bidang tertentu, investasi perusahaan dalam bakat mereka tidak akan terbayar.
Lebih buruk lagi, perusahaan menghasilkan budaya di mana karyawan gagal menyumbangkan ide-ide mereka. Mereka tidak memberi tahu masalah yang mereka hadapi di garis depan dengan pelanggan perusahaan tersebut, dan mereka akan mulai tidak produktif dan melepaskan diri.
Baca Juga: Kinerja Loyo? Ini Lho Empat Alasan Karyawan Underperfom
7. Investasikan dalam pengembangan karir karyawan
Orang ingin belajar dan meningkatkan keterampilan mereka, dan mencapai potensi penuh mereka. Dalam pertarungan mencari bakat, apakah itu akan cukup untuk memberikan sesuatu yang minimum dan berharap karyawan akan tetap bertahan?
Karyawan harus yakin bahwa perusahaan berinvestasi di dalamnya; perusahaan peduli tentang pertumbuhan mereka. Adalah tanggung jawab pemilik usaha untuk membuat mereka merasa bahwa ada peluang baru yang menunggu setiap hari dan potensi baru di ujung jalan.
8. Gunakan alat komunikasi dan kurangi hambatan komunikasi
Meningkatkan waktu tatap muka dengan karyawan melalui konferensi video adalah motivasi yang lebih baik daripada hanya mengirim pesan teks. Alat visual yang tepat memberi tahu di mana karyawan tersebut berada dan mereka tidak akan lagi merasa mereka dikelola secara mikro.
Gibu Mathew mengatakan, mengambil pendekatan yang lebih berpusat pada manusia mendorong komunikasi yang lebih baik. Oleh karena itu, sangatlah bermanfaat untuk memperkuat hirarki komunikasi yang mengalir seperti: tatap muka langsung, panggilan video, telepon suara, obrolan, e-mail, dan papan kolaborasi.
9. Fleksibilitas kerja
Jam kerja (9 sampai 5) yang ketat sudahlah usang dan tidak akan membantu pengusaha menarik atau mempertahankan talenta terbaiknya. Studi Global Talent Trends 2018 menemukan bahwa 51% karyawan berharap perusahaan mereka menawarkan opsi kerja yang lebih fleksibel.
Fleksibilitas sangat penting bagi karyawan dan pencari kerja. Perusahaan yang menawarkan fleksibilitas pada karyawan dalam bentuk telecommuting dan jadwal yang fleksibel membantu mereka mempertahankan keseimbangan kehidupan kerja yang positif. Fleksibilitas juga terbukti mengurangi stres di tempat kerja, meningkatkan kesejahteraan mental, dan mendorong produktivitas.
10. Seimbangkan kehidupan pribadi dan profesional
Pada 2020, milenial diperkirakan mencapai 35% dari tenaga kerja global. Para karyawan ini akan mencari keseimbangan kehidupan kerja di mana karier dan kehidupan pribadi mereka saling melengkapi dan mendukung.
Mereka ingin opsi untuk mengontrol jam kerja dan lokasi mereka sendiri. Sedangkan generasi sebelumnya hanya mengharapkan keseimbangan kehidupan kerja, namun milenial lebih mengharapkannya. Bahkan, dalam survei oleh KPMG pada khalayak milenial, keseimbangan kehidupan kerja adalah salah satu faktor peringkat teratas ketika mencari pekerjaan.
Dengan menerapkan 10 tips ini dan perpaduan yang tepat dari alat-alat digital, perusahaan tidak hanya akan menarik tenaga kerja yang dibutuhkan, tetapi juga akan memastikan mereka dipekerjakan secara produktif dan bahagia.
Baca Juga: Kamu Karyawan Kontrak? Nih Investasi yang Tepat Buat Kamu
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: