Kepemimpinan yang baik dan ideal tumbuh tidak hanya berdasarkan dari lama pengalaman kerja yang dimiliki seorang pemimpin, namun juga bagaimana seorang pemimpin dapat memanfaatkan setiap potensi di dalam dirinya, memiliki perilaku dan sikap serta gaya kerja yang kompeten untuk menghadapi era digital.
Di hadapan para eksekutif perusahaan yang menghadiri leadership session yang diselenggarakan oleh Robert Walters Indonesia, Rajeev Peshawaria, CEO dari ICLIF, menyebutkan pentingnya para pemimpin untuk mengadopsi metode kepemimpinan mereka di era digital ini.
Baca Juga: Pemimpin Baby Boomer Perlu Tahu, Begini Cara Pimpin Milenial
Rajeev mengingatkan semua pemimpin dari berbagai industri bahwa kepemimpinan merupakan seni memanfaatkan energi manusia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Untuk itu, ia mendefinisikan kepemimpinan yang baik menjadi empat bagian, yaitu:
1. Mengoptimalkan energi diri sendiri
Menurut Rajeev, hal mendasar yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah values atau prinsip moral yang sangat dipercaya dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Sebab prinsip inilah yang akan mendefinisikan siapa diri kita. Prinsip ini merupakan kumpulan nilai yang terus dipegang teguh dan diterapkan dalam kehidupan, sekalipun jika lingkungan sekitar tidak mendukung.
Keteguhan seorang pemimpin dalam mempercayai dan memegang teguh prinsip moralnya ini pada akhirnya akan menjadi motivasi yang kuat bagi seorang pemimpin untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
2. Memperoleh dan memberikan energi pada pemimpin lainnya
Tahap berikutnya untuk menjadi seorang pemimpin yang baik menurut Rajeev adalah seorang pemimpin harus mampu memberdayakan dan memicu antusiasme orang lain hingga dapat melahirkan pemimpin-pemimpin lainnya.
Pemimpin di tahap ini merupakan seorang pemimpin yang tidak lagi memikirkan perkembangan dirinya sendiri, namun juga kepentingan dan perkembangan pemimpin lain yang berada di bawah naungan kepemimpinannya, meskipun harus rela berbagi otoritas dan tanggung jawab dengan mereka.
3. Memberikan energi pada keseluruhan organisasi
Pada tahap ini, seorang pemimpin harus secara proaktif dan berkelanjutan berupaya membentuk brains atau strategi perusahaan, meliputi visi dan misi yang dapat dipahami dan diterima oleh seluruh personel dalam perusahaan.
Baca Juga: Begini Cara Blibli Menyiapkan Pemimpin Masa Depan
Bones atau arsitektur organisasi mulai dari pemilihan talenta yang tepat di setiap posisinya hingga pengelolaan sistem dan prosedur di dalam perusahaan. Selanutnya nerves atau culture (budaya) dalam organisasi atau perusahaan tersebut, mulai dari perumusan filosofi perusahaan, penentuan sistem apresiasi karyawan hingga penetapan nilai–nilai yang menjadi pedoman bagi seluruh personel dalam organisasi tersebut.
4. Mengelola konflik antargenerasi di tempat kerja
Sebagaimana generasi milenial kini telah memasuki usia produktif, mencari cara agar tenaga kerja dari lintas generasi yang berbeda untuk dapat bekerja sama secara efektif adalah prioritas utama.
Maka dari itu, hal yang perlu diperhatikan oleh para pemimpin atau manajer untuk memahami apa yang dapat memotivasi pekerja dari generasi yang berbeda ini, juga bagaimana cara mereka berkomunikasi, serta mengidentifikasi sumber konflik, merupakan hal yang penting untuk menciptakan tim yang kuat yang terdiri dari berbagai generasi di dalamnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: