Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mayoritas Kader Mau Jadi Oposisi, PAN: Jangan karena Satu Kursi, Kita Bergabung

Mayoritas Kader Mau Jadi Oposisi, PAN: Jangan karena Satu Kursi, Kita Bergabung Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Partai Amanat Nasional (PAN) masih terus menimbang arah politik usai gelaran Pilpres 2019.  Namun, mayoritas kader PAN ternyata masih menginginkan partai berlambang matahari terbit itu untuk tetap berada di kubu oposisi. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PAN, Saleh Partaonan Daulay, membenarkan hal itu. 

Meski mayoritas masih ingin ada di oposisi, ada juga kader yang menginginkan agar PAN bergabung ke koalisi pemerintah.

“Kalau (menurut) saya, suasana kebatinan saya seperti itu (mayoritas kader ingin oposisi) dan ingat ini (pendapat) pribadi saya,” ungkap Saleh di Media Center DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin. 

Baca Juga: Koalisi atau Oposisi, Sikap Politik PAN Ditentukan. . . .

Meski demikian, Saleh meminta agar publik tidak langsung memberikan penilaian agar PAN harus gabung pemerintah atau tidak. Sebab, memang dinamika di internal PAN tidak seperti itu. Ada banyak kader PAN yang inginkan tetap di oposisi, ada juga yang inginkan gabung ke pemerintah. 

Memutuskan sikap PAN, menurut dia, tidak semudah itu karena ada mekanisme yang harus diikuti jika bergabung ke pemerintah. 

“Yang jelas saat ini kita sedang berada di luar garis pemerintah itu karena memang pada pemilu lalu kita berada di luar. Kalau belum gabung berarti masih di luar, kecuali sudah gabung masuk sana baru masuk sana, sekarang posisi kita masih di luar,” tandasnya. 

Baca Juga: Elite PAN Sebut Nasdem Lampaui Kewenangan Jokowi

Saleh menambahkan, keputusan itu akan diambil dalam rakernas dan kongres yang kemungkinan akan diselenggarakan pada akhir Juli atau awal Agustus 2019. 

Atau mungkin bisa dipercepat. “Insya Allah setelah rakernas (soal sikap koalisi), jangan-jangan bisa dipercepat rakernasnya. Bisa jadi tambah ada agenda persiapan Pilkada 2020 lalu persiapan kongres yang mungkin bisa jadi tahun depan,” paparnya. 

Sementara itu, Ketua Dewan Kehormatan (Wanhor) PAN Amien Rais geram terkait dengan rencana DPP PAN yang hendak masuk ke koalisi pemerintahan. Amien mengingatkan kepada pengurus DPP PAN agar tidak “rabun ayam” hanya karena tawaran satu kursi men teri lalu mengabaikan suara dari pemilih PAN yang hampir 10 juta. 

Hal itu diungkapkan Amien lewat video berdurasi hampir satu menit yang diunggah di Instagram pribadinya di @amienrais official. 

Baca Juga: Jokowi Fokus pada 4 Janji Kampanye, Apa Saja Sih?

“Saudara-saudaraku para kader PAN se-Indonesia, para pemilih PAN dan simpatisan yang saya cintai dan saya hormati. Akhir-akhir ini banyak kontroversi apakah PAN sebaiknya bergabung dengan Pak Jokowi atau di luar. Nah, dengarkanlah nasihat saya, jangan kita rabun ayam!” kata Amien dalam video yang diunggah pada Jumat (5/7/2019) siang itu. 

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu mengingatkan kepada pimpinan DPP PAN agar tidak tergoda dengan tawaran satu kursi menteri, kemudian melupakan aspirasi pemilih PAN yang hampir 10 juta. 

“Hanya karena satu kursi kemudian kita bergabung, kemudian bagaimana pendapat opini yang hampir sekian, hampir 10 juta pemilih kita itu,” tandasnya. 

Mantan Ketua MPR itu menegaskan agar pimpinan DPP PAN tidak membuat kebijakan semaunya dengan mengesampingkan suara dari pemilih di akar rumput. 

“Tolong ya, teman-teman DPP jangan mengumbar semau-maunya, pemilih ini adalah grassroot dari ranting, cabang,” ujarnya. 

Karena itu, Amien juga mengajak para pimpinan DPP PAN untuk membahas ini bersama-sama secara terbuka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: