PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) masih mencatatkan utang dengan nilai fantastis hingga akhir tahun 2018 lalu, yaitu mencapai US$2,49 miliar atau 10,45% lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya US$2,26 miliar.
Lilitan utang tersebut tidak terlepas dari kerugian yang dialami KRAS di bisnis pengolahan baja dari tahun ke tahun. Misalnya saja, untuk Q1 2019 lalu, KRAS membukukan kerugian mencapai US$62,3 juta.
Baca Juga: Terancam Rugi Rp1,3 Triliun Per Tahun, Investor Krakatau Steel Ketar-Ketir!
Hal tersebut lantas mengundang Jusuf Kalla (JK) untuk ikut berkomentar. JK yang juga berlatar belakang sebagai seorang pengusaha amat menyayangkan kinerja KRAS tersebut. Terlebih lagi, JK menilai masalah keuangan yang melanda KRAS sudah terjadi puluhan tahun lamanya, namun terkesan tidak ada perbaikan dari manajemen KRAS.
Baca Juga: Bos Pilih Hengkang, Nasib Krakatau Steel Makin di Ujung Tanduk
"Memang KS itu seperti yang kita ketahui memiliki kesulitan keuangan yang berat dan utang yang begitu besar hingga Rp30 triliun dan kita menyayangkan itu. Ini kan persoalan lama bukan persoalan baru, persoalan sejak beberapa puluhan tahun masalahnya," tegas JK, Jakarta, Selasa (23/07/2019) kemarin.
JK bertambah heran ketika mengetahui bahwa kondisi KRAS yang 'sakit' ini terjadi tatkala joint venture di bawah naungan KRAS dapat berjalan baik tanpa masalah.
Baca Juga: Mulai Berbenah, Tiga Entitas Anak Usaha Krakatau Steel Akan Melantai di BEI
"Kalau Join venture nya seperti KS-Posco dan Nipon Steel lainnya jalan, tetapi KRAS-nya sendiri diwarisi utang yang begitu besar," sambungnya.
JK menilai, upaya yang dapat dilakukan manajemen saat ini untuk menyelamatkan KRAS, di antaranya adalah merestrukturasi manajeman serta meningkatkan daya saing melalui penggunaan alat berteknologi terbaru.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: