Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masya Allah, Ternyata Ini Makna Hari Meninggalnya Mbah Moen

Masya Allah, Ternyata Ini Makna Hari Meninggalnya Mbah Moen Kredit Foto: Antara/Hanni Sofia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia sedang dirundung duka akibat kepergian KH Maimoen Zubair yang sering disapa Mbah Moen pada Selasa (7/8/2019) kemarin di Makkah, Arab Saudi. Hari berpulangnya Mbah Moen, yakni Selasa ternyata bukan sembarangan hari.

"Wafatnya orang alim biasanya hari Selasa," Mbah Moen pernah mengatakan hal tersebut saat mengaji di pondok pesantren miliknya, Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Hari Ini Keluarga Mbah Moen Ziarah ke Makkah

Menurut Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas, hari wafat Mbah Moen tersebut seperti jawaban dari Allah SWT untuk doa dan harapan Mbah Moen. Pasalnya, Kiai Kharismatik tersebut memang berharap dicabut nyawanya saat hari Selasa.

Di suatu malam saat Ramadan kemarin, Mbah Moen tengah membahas kitab Tanbuhul Mughtarin. Mbah Moen mengatakan, "Wafatnya bapakku (KH Zubair Dahlan) Seloso, mbahku dhino Seloso, buyutku dhino Seloso (Wafatnya bapakku hari Selasa, kakekku hari Selasa, kakek buyutku hari Selasa), maka dari itu kenapa orang-orang dahulu ngaji prei (libur) hari Selasa, karena wafatnya orang alim biasanya hari Selasa," demikian ucapan Mbah Moen seperti dikutip Ketua Umum Pagar Nusa M Nabil Haroen di Jakarta, Selasa (6/8/2019).

Baca Juga: Mbah Moen Sudah Ramalkan Kematiannya di Hari Selasa

Sementara itu, dalam cuplikan video berisi suara Mbah Moen yang diunggah akun @nibrosuzzaman, Mbah Moen mengatakan kakeknya pernah mengatakan bahwa para kiai yang wafat di Mekkah biasanya hari Selasa.

Masih menurut Mbah Moen, Allah menciptakan segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini pada hari Selasa pula. Oleh karena itu, aturan di pondok pesantrennya ditetapkan libu mengaji saat hari Selasa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: