Ramai kabar penggantian direksi di sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perbankan dan gas/energi yang akan dilaksanakan akhir Agustus sampai awal September dipandang CORE Indonesia bukan kebutuhan mendesak. Tidak ada alasan yang kuat untuk melakukan penggantian tersebut, mengingat perusahaan-perusahaan "pelat merah" tersebut belum lama ini menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam mengatakan etisnya penggantian direksi tidak dilakukan di tengah jalan. Apalagi pergantian direksi ada yang baru 3 bulan lalu.
"Belum lagi, tidak lama lagi Menteri BUMN kabinet baru akan dipilih. Artinya kalau ada perubahan dalam waktu dekat ini pada sejumlah perusahaan BUMN akan memungkinkan terjadi perubahan lagi saat ada kabinet baru," ujar Piter kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Baca Juga: Rini Soemarno Kembali Tunjuk Bachder Djohan Jadi Bos Sucofindo
Anggota Legislatif Hendrawan Supratikno menimpali belum soal informasi pergantian direksi di sejumlah perusahaan BUMN tersebut.
“Sah-sah saja dilakukan perubahan. Sepanjang ada rasionalitasnya. Objektivitasnya yang terukurjuga,” tandas Hendrawan.
Dalam paparannya Piter, data-data kinerja keuangan dari bank-bank BUMN pada kuartal I-2019 mayoritas bagus. Kinerja-kinerja tersebut tidak bisa menjadi alasan untuk menggeser mereka dari dari pimpinan di BUMN tersebut.
Dari data yang dipaparkan tersebut juga menunjukkan kekuatan perbankan BUMN sangat kontribusinya. Aset bank BUMN mencapai Rp3.298 triliun pada kuartal I-2019. Sedangkan total aset perbankan di Indonesia sebesar Rp8.130 triliun. Artinya aset bank BUMN itu menguasai sekitar 40,56%.
“Perannya sangat besar,” tandas Piter.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Arif Hatta
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: