Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Khawatir dengan AS, China-Korut Tingkatkan Kerja Sama Militer

Khawatir dengan AS, China-Korut Tingkatkan Kerja Sama Militer Kredit Foto: VOA Indonesia
Warta Ekonomi, Beijing -

China dan Korea Utara (Korut) siap tingkatkan kerja sama militer strategis. Kedua pihak juga akan bekerja sama guna memastikan kawasan Asia Pasifik aman dari berbagai ancaman. Beijing dan Pyongyang menganggap aktivitas Amerika Serikat (AS) di kawasan itu sebagai ancaman.

Dengan cepat Pyongyang mengirimkan delegasi untuk bertemu para pejabat China di Beijing. Delegasi itu dipimpin oleh pejabat tinggi militer yang juga Direktur Biro Politik Umum Tentara Rakyat Korea, Kim Su-gil. Ia mengatakan bahwa Korut ingin memperluas hubungan militer dan bertukar pengalaman dengan tetangga besar mereka.

Sementara Jenderal Zhang Youxia selaku wakil ketua Komisi Militer Pusat Tiongkok membenarkan Beijing dan Pyongyang akan menjalin kerja sama strategis. Ia juga meyakinkan bahwa Beijing siap berkontribusi untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan bersama dengan Pyongyang. 

"Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok siap untuk bekerja bersama Korea Utara untuk mengimplementasikan konsensus penting, yang dicapai oleh para pemimpin negara kita," terang wakil ketua Komisi Militer Pusat Tiongkok, Jenderal Zhang Youxia, seperti dikutip dari RT, Minggu (18/8/2019).

Pada bulan Juni, Xi Jinping menjadi pemimpin China pertama yang mengunjungi Korut dalam 14 tahun. Pembicaraannya dengan Kim Jong-un memberikan dorongan baru untuk hubungan antara dua sekutu bersejarah, yang telah menjadi rumit dalam beberapa tahun terakhir atas kelanjutan tes nuklir oleh Pyongyang.

Beijing dan Pyongyang, yang disatukan oleh perjanjian 1961 yang mengikat mereka untuk saling membantu jika terjadi serangan, berbagi saingan geopolitik yang sama, seperti Jepang dan Korea Selatan (Korsel). Khususnya, keduanya juga khawatir tentang aktivitas AS di wilayah tersebut.

Pada hari Jumat (16/8/2019), Korut mengingatkan Seoul dan Washington bahwa mereka tidak akan mentolerir latihan militer bersama keduanya, yang terus berlanjut meskipun Presiden AS Donald Trump sering mengungkapkan nada optimis pada pembicaraan denuklirisasi semenanjung Korea. 

Korut mengatakan tidak ada lagi perundingan yang mungkin dilakukan kecuali latihan berhenti. Korut juga mencerca Presiden Korsel Moon Jae-in sebagai orang tak tahu malu yang menyatakan perundingan kedua negara sambil memainkan skenario perang yang berencana menghancurkan sebagian besar pasukan Pyongyang dalam 90 hari.

Sementara China secara rutin terganggu oleh AS yang mengirimkan kapal perang dan pesawatnya ke Laut China Selatan yang diklaimnya. Beijing menyebut aksi AS itu sebagai pelanggaran kedaulatan. Daftar masalah bertambah panjang termasuk penjualan senjata ke Taiwan dan dukungan vokal terhadap para demonstran anti pemerintah di Hong Kong.

Awal bulan ini Menteri Luar Negeri AS, Michael Pompeo, menuduh Beijing berupaya untuk menggambar kembali Pasifik dalam citra otoriternya. China pun membalas dengan mengatakan bahwa upaya Pompeo untuk mencoreng pemerintahnya dan menabur perselisihan di wilayah itu telah ditakdirkan gagal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: