Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sorry! Investor Tarik Cuan Dulu dari Saham Bank Mandiri, BCA, dan Telkom

Sorry! Investor Tarik Cuan Dulu dari Saham Bank Mandiri, BCA, dan Telkom Seorang teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Rp100.000 di Plasa Mandiri, Jakarta, Senin (8/7/2019). Rupiah pada Senin (8/7/2019) pagi bergerak melemah 66 poin atau 0,47 persen menjadi Rp14.149 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.083 per dolar AS, seiring kemungkinan tidak diturunkannya suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed). | Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kesempatan investor untuk meraup cuan kian terbuka lebar tatkala perang dagang AS dan China kembali pecah, seperti halnya yang terjadi hari ini, Senin (26/08/2019). Sejak pembukaan pasar pagi tadi, investor sudah ramai keluar dari bursa dengan keuntungan jual bersih yang dikantonginya. 

Jelang siang ini, nilai keuntungan jual bersih yang ditarik dari pasar modal Indonesia mencapai Rp179,98 miliar atau setara dengan Rp1,73 triliun dalam sepekan terakhir. Wajar, jika tekanan jual menghantui aktivitas perdagangan bursa di awal pekan ini.

Baca Juga: Tolong, Tolong Selamatkan Rupiah!

Bagaimanapun, pelaku pasar pun merasa perlu menyelamatkan diri dari kemungkinan terburuk yang mungkin timbul akibat naiknya tensi perang dagang AS-China. Dengan begitu, saham-saham papan atas pun tak luput dari bidikan target investor. 

Baca Juga: Terbakar! Bursa Asia Terbakar Api Amarah AS-China, Waktunya Kabur!

Melansir dari RTI, saham-saham jempolan, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menjadi tiga saham teratas dengan akumulasi net foreign sell paling tinggi. 

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

Dari saham Bank Mandiri, investor meraup cuan hingga Rp36,05 miliar dari aksi jual bersih. Asal tahu saja, jika diakumulasikan, dalam sebulan ke belakang nilai jual bersih atas saham Bank Mandiri mencapai Rp255,89 miliar. 

Akibatnya, koreksi saham pun tak dapat dihindari. Saat ini, harga saham Bank Mandiri minus 2,09% ke level Rp7.025 per saham. Bahkan, beberapa waktu lalu, saham Bank Mandiri sempat amblas hingga level terendah di Rp7.000 per saham. 

Sejauh ini perdagangan saham Bank Mandiri mencapai volume 10,42 juta saham dengan akumlasi nilai transaksi sebesar Rp73.40 miliar.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Mengekor Bank Mandiri, saham BCA kini bertengger di posisi kedua sebagai saham yang paling banyak dilego investor. Nilai akumulasi jual bersih yang dikantongi investor atas saham BCA mencapai Rp30,4 miliar atau setara dengan Rp1,50 triliun dalam sebulan terakhir.

Dengan tingginya antusias asing untuk berjualan saham BCA, saham perbankan dengan sandi BBCA itu pun terkoreksi hingga 0,92% ke level Rp29.700 per saham. Pada menit-menit awal pembukaan pasar, saham BCA sempat jatuh hingga ke level terendah di Rp29.300 per saham. 

Baca Juga: Bos Besar BCA Sabet Penghargaan Lifetime Achievement

Saham BCA diperdagangkan dengan volume 2,4 juta saham dan membukukan nilai transaksi sebesar Rp72,9 miliar.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

Saham berikutnya yang paling banyak dilepas investor adalah saham Telkom. Saat ini, asing tercatat mengantongi cuan atas penjualan saham Telkom dengan nilai hingga Rp21,8 miliar. Meski begitu, dalam sebulan ke belakang, saham Telkom masih mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp1,37 triliun.

Baca Juga: Ngeri Cuy! BCA, BRI, ASII, PGAS, dan Telkom Jadi Korban. . . .

Sayangnya, akumulasi beli bersih itu tak mampu menyelamatkan saham Telkom pada perdagangan hari ini, di mana kini saham emiten telekomunikasi nasional itu terkoreksi 1,60% ke lvel Rp4.310 per saham. Adapun level terendah yang dicapai Telkom berada di Rp4.280 per saham.

Sejumlah 14,38 juta saham Telkom telah diperdagangkan dengan akumulasi nilai transaksi sebesar Rp62,04 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: