Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Evita Nursanty angkat suara usai pernyataan pedas pendiri perusahaan taksi di Malaysia Big Blue Taxi Services, Shamsubahrin Ismail yang menyebut Gojek tak hanya untuk negara miskin. Bahkan, ulahnya tersebut di media sosial Tanah Air diramaikan dengan #UninstallGrab #boikotgrab dan #usirgrabdariindonesia.
Ia juga mengatakan perlu diciptakan iklim bisnis yang adil dan memungkinkan Gojek bisa berkompetisi secara fair di Malaysia.
"Kita bisa terima Grab, kenapa mereka tidak bisa terima Gojek?" ujar Evita kepada wartawan, Kamis (29/8).
Baca Juga: Sebut Gojek Pantasnya untuk Orang Miskin, Bos Asal Malaysia Akhirnya...
Baca Juga: Tak Sesuai Syariat Islam, Ulama Malaysia Haramkan Gojek Masuk Negaranya
Sambungnya, "Pemerintah Malaysia harus bijaksana dan adil, karena ini kan murni soal bisnis. Di Indonesia sendiri, kemajuan teknologi ride hailing ini sebuah keniscayaan tapi yang harus dilakukan adalah menyesesuaikan diri dengan perubahan. Janganlah sampai menghina, apalagi menghina Indonesia," tambah dia.
Lanjutnya, ia mengatakan bahwa pihaknya akan mengusulkan sesi rapat antara Kemenlu, Kemenkominfo, Kemenperin dan Kemendag untuk membahas diplomasi ekonomi dalam rangka mendukung terbentuknya ekosistem guna mendorong pertumbuhan startup karya anak bangsa.
Pemilik Big Blue Taxi asal Malaysia, Datuk Shamsubahrin Ismail, menegaskan bahwa Indonesia mayoritas bukan Islam. Selain itu, ia juga bilang kalau Indonesia adalah negara miskin.
Pernyataan bernada miring itu diungkapkannya lantaran menolak keras kehadiran Gojek di Malaysia.
"Gojek bukan jaminan masa depan anak muda. Mereka merusak anak muda. Kita bukan Indonesia. Indonesia mayoritas bukan orang Islam," kata Ismail, pada detik ke-37 dikutip dari VLIX, Rabu, 28 Agustus 2019.
Pria gemuk berkacamata itu juga terang-terangan menyebut jika Indonesia adalah negara miskin.
"Ini negara-negara miskin, kita negara kaya. Kalau anak muda Indonesia bagus, mereka tak keluar negeri untuk cari kerja. Gojek hanya untuk orang miskin, seperti di Jakarta, di Thailand, di India, di Kamboja," tegas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: