Perayaan pergantian tahun Hijiriah tepat 1 Muharam atau biasa dikenal masyarakat Jawa, malam satu Suro di Kota Solo berlangsung meriah.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kemeriahan pergantian tahun baru Islam inipun semakin terasa, saat dua Keraton di kota Solo, yaitu Pura Mangkunegaran dan Kraton Kasunanan Surakarta ikut memeriahkannya.
Seperti di Pura Mangkunegaran, pantauan Okezone, ribuan warga Solo memadati halaman Mangkunegaran sejak sore hari.
Baca Juga: Malam 1 Suro Jatuh pada 1 September, Benarkah Lebarannya Para Makhluk Halus?
Di malam satu Suro, Puro Mangkunegaran menghiraukan lima pusaka berupa tombak yang dilapisi kain berwarna kuning.
Pusaka ini ikut dikirab bersama rombongan kerabat Mangkunegaran, dan juga masyarakat. Para pria, terlihat mengenakan busana Jawa beskap berwarna hitam lengkap dengan bawahan jarit dilengkapi dengan blangkon khas Solo tanpa menggunakan alas kaki.
Sementara itu, bagi wanitanya berkebaya hitam dan bersinjang (kain) juga tanpa alas kaki. Mereka berjalan kali mengelilingi tembok Pura Mangkunegaran. Selama kirab berlangsung mereka tidak diperkenankan untuk berbicara.
Baca Juga: Ribuan Warga Meriahkan Pawai Obor di Jakarta Festival Muharam
Bagi masyarakat Jawa khususnya pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri. Ritual tapa bisu selalu dilakukan pada Malam Sura sebagai bentuk perenungan diri agar menjadi lebih baik lagi.
Suasana hening tercipta sepanjang kirab berlangsung. Beberapa tokoh yang ikut dalam kirab diantaranya anggota DPR RI Aria Bimo, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, juga mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Setelah pusaka milik Pura Mangkunegaran diberangkatkan, ratusan masyarakat berebut air jamasan pusaka milik Pura Mangkunegaran.
Baca Juga: Warga Dilarang Gelar Ritual Malam 1 Suro di Gunung Sindoro
Mereka terlihat berebutan, sambil membawa botol plastik untuk mengisi air sisa jamasan yang dipercaya sebagian masyarakat bisa memberikan berkah. Seperti untuk pengobatan, penglarisan juga untuk tanaman menjadi subur.
Ginem warga Karangpandan, Karanganyar terlihat basah kuyup tersiram air sisa jamasan. Meski begitu dirinya tetap bersemangat untuk ikut berebut sisa air jamasan. Hasilnya, sekantong plastik penuh berhasil didapatkan.
"Ini saya sampai basah kuyup. Tapi tidak masalah bisa ngalab berkah disini. tadi juga sempat cuci muka dengan air jamasan. Ini sisanya buat orang dirumah," tutupnya.
Sementara itu saat kirab berlangsung kerabat Kraton juga melempar induk-induk, berupa bunga mawar dan juga koin kepada masyarakat yang menyaksikan kirab. Mereka mempercayai udik-udik tersebut merupakan berkah dan rejeki.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: