Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjawab Tantangan Praktik Tambang Berkelanjutan di Indonesia

Menjawab Tantangan Praktik Tambang Berkelanjutan di Indonesia Kredit Foto: Antara/Basri Marzuki
Warta Ekonomi, Jakarta -

Vale Indonesia memiliki komitmen kuat untuk menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan serta memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Selama ini wilayah Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat berlimpah seperti potensi panas bumi, batubara, hingga minyak bumi. Apabila mampu dioptimalkan dengan baik maka potensi sumber daya alam ini akan memberikan manfaat positif terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Meski demikian, pemanfaatan sumber daya alam perlu memperhatikan aspek keberlanjutan karena umumnya sumber daya tersebut memiliki sifat yang tak dapat diperbaharui. Eksploitasi sumber daya alam yang tak terkendali akan menyebabkan kehancuran lingkungan dan mengorbankan kebutuhan masa depan.

Guru Besar Ilmu Geologi Universitas Padjajaran, Mega Fatimah Rosana, mengatakan bahwa pada periode tahun 1970-2009 terjadi peningkatan tajam penemuan cadangan mineral berupa komoditas emas, tembaga, nikel, hingga batubara yang disebut era mining boom. Pada era tersebut, ia menjelaskan perekonomian dan pembangunan di Indonesia tumbuh sangat pesat.

"Tetapi penemuan deposit sumber daya alam yang diikuti penambangan besar-besaran telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan berkurangnya sumber daya tersebut," katanya sebagaimana dikutip oleh Warta Ekonomi di Jakarta, Sabtu (7/9/2019).

Baca Juga: Investor China Bakal Bantu Vale Garap Blok Bahadopi

Bukan hanya itu, kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang tak bertanggung jawab telah memakan korban jiwa. Tercatat, pada tahun 2018 lalu ada sekitar 3.033 lubang bekas tambang di sektor batubara yang menewaskan 30 orang. Kemudian selama periode tahun 2014-2018 tercatat ada banyak lubang bekas tambang emas, pasir, dan timah yang menewaskan 115 orang.

Oleh sebab itu, Mega Fatimah mengatakan sektor tambang di Indonesia memiliki tantangan untuk menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan. Adapun, pertambangan berkelanjutan berpilar pada pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja, dan memperhatikan keseimbangan lingkungan.

"Perlu kearifan untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam demi kemakmuran rakyat," ujarnya.

Menjawab Tantangan

PT Vale Indonesia Tbk merupakan satu dari segelintir perusahaan tambang di Indonesia yang memiliki komitmen untuk menerapkan pengelolaan tambang berkelanjutan di Tanah Air.

Presiden Direktur Vale Indonesia, Nico Kanter, menegaskan pihaknya memiliki komitmen untuk mengubah sumber daya alam menjadi sumber kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan. Ia menjelaskan arti keberlanjutan bagi Vale adalah mampu memenuhi kebutuhan nikel sekarang dan masa depan serta meningkatkan kesehatan dan kemakmuran lingkungan dan masyarakat.

Untuk mewujudkan komitmen tersebut, Vale Indonesia menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti pemerintah, institusi publik, sektor swasta, dan masyarakat luas.

"Dengan demikian, Vale Indonesia dapat terus berkontribusi pada penguatan aspek sosial, pembangunan kompetensi ekonomi lokal, serta konservasi pelestarian dan lingkungan," ujarnya.

Di bidang pengelolaan lingkungan, Nico menjelaskan Vale Indonesia memprioritaskan upaya-upaya dalam pemanfaatan energi terbarukan, pengelolaan lahan pasca tambang, pengelolaan limbah tambang dan pabrik yang terpadu dan sesuai regulasi serta standar yang berlaku, meminimalisir emisi gas dan partikulat, juga inisiatif-inisiatif yang dapat mendukung terwujudnya green mining di Indonesia dan aktivitas-aktivitas konservasi lingkungan.

Ia mencontohkan salah satu langkah strategis yang dilakukan oleh perseroan yakni dengan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi proses produksi dan kegiatan penunjang.

"Pengoperasian PLTA membuat Vale mampu menekan biaya produksi nikel dalam matte sehingga tetap dapat bertahan dari pengaruh volatilitas harga nikel dunia. Manfaat lain adalah reduksi emisi karbon yang signifikan sehingga Vale turut berkontribusi pada upaya bersama untuk meminimalkan emisi gas rumah kaca (GRK)," paparnya.

Saat ini Vale mengoperasikan tiga unit PLTA yakni PLTA Larona yang beroperasi tahun 1979, PLTA Balambano tahun 1999, dan PLTA Karebbe tahun 2011. Total daya listrik yang dihasilkan mencapai 365 megawatt (MW). Sebagian dari listrik yang dihasilkan, didistribusikan kepada masyarakat yang berlokasi di Sorowako melalui PT PLN (Persero).

Di aspek pengelolaan lahan pasca-tambang, Vale Indonesia mengintegrasikan pembukaan lahan tambang dengan reklamasi (pemulihan lahan) dan rehabilitasi (penanaman kembali). Nico menegaskan rasio bukaan lahan tambang juga sesuai dengan regulasi pemerintah yang erat kaitannya dengan pertimbangan aspek safety dan keseimbangan alam.

"Guna mendukung aktivitas pengelolaan lahan pasca tambang tersebut, sejak 2006 Vale telah memiliki kebun bibit modern (nursery) seluas 2,5 hektar di Blok Sorowako. Nursery ini memiliki produksi 700.000 bibit termasuk tanaman asli setempat dan tanaman endemik setiap tahun yang nantinya untuk ditanami di area rehabilitasi pasca tambang," jelasnya.

Sementara di aspek manajemen limbah tambang dan pabrik, Nico menjelaskan Vale telah menginvestasikan jutaan dolar Amerika untuk membangun seratus lebih kolam pengendapan dan fasilitas pengolahan air limbah berteknologi Lamella Gravity Settler di Blok Sorowako yang merupakan pertama di industri pertambangan di Indonesia.

"Dengan adanya fasilitas ini membuat hasil pengukuran kadar limbah cair Vale kerap berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah," sebutnya.

Kemudian Vale juga melakukan pengendalian partikulat debu dan kadar SO2 dengan pemasangan bag house dan electro static precipitator di cerobong-cerobong pabriknya yang telah beroperasi sejak tahun 2007.

"Inovasi dan inisiatif untuk menekan emisi juga baru berlangsung pada Mei 2019 silam di mana Vale mengoperasikan boiler listrik berbasis energi terbarukan (sumber energi dari PLTA kami) sehingga dapat dikatakan nol emisi," ujarnya.

Perlu diketahui, boiler ini merupakan salah satu elemen penting untuk operasi pabrik pengolahan nikel. Boiler baru ini menggantikan model sebelumnya yang menggunakan bahan bakar fosil yakni HSFO (high sulfur fuel oil) sekaligus meniadakan penggunaan bahan bakar HSFO tersebut sebesar 67.047 barel per tahun.

Adapun di bidang sosial,  ia memastikan terus berupaya untuk mengimplementasikan program sosial yang disinergiskan dengan rencana pembangunan pemerintah daerah, pelibatan dan partisipasi masyarakat, serta pelaksanaan program yang didasari potensi alam dan sumber daya manusia daerah tersebut.

"Program sosial tersebut bernama Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dengan pola dukungan Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Mandiri (PKPM) di empat wilayah pemberdayaan kami di Blok Sorowako," terangnya.

Nico mengatakan Vale kerap menjumpai beberapa tantangan dalam menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan. Salah satu tantangan yang dihadapi yakni menyinergiskan antara kinerja bisnis dan operasional Vale agar dapat seritme dengan standar atau regulasi yang diatur pemerintah.

"Karena yang terjadi adalah pemerintah secara kontinu memperbarui standar dan regulasi-regulasinya di sektor tambang. Bila hal tersebut terjadi perusahaan akan melakukan adaptasi-adaptasi yang tentunya tidak semuanya dapat dilakukan secara gradual," sebutnya.

Selain itu, Vale juga memiliki tantangan pada implementasi program pengembangan masyarakat (CSR) yakni mengubah dan menghilangkan mindset bahwa program sosial atau pengembangan masyarakat adalah selalu terkait donasi atau kucuran uang.

"Namun justru sebaliknya yakni meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk dapat berkembang dan tumbuh bersama dengan dukungan sektor privat sehingga egaliter dan mengurangi disparitas," terangnya.

Dampak Positif

Nico mengatakan komitmen Vale atas praktik pertambangan berkelanjutan telah mengantarkan perusahaan ini ke operasi bisnis yang sustain selama 51 tahun berada di Indonesia hingga tahun 2019 ini.

"Angka 51 tahun tersebut sebenarnya telah membuktikan bahwa perusahaan ini dapat beroperasi, berkembang dan terus melakukan improvement bisnis dan hal-hal lain yang mengikuti di belakangnya seperti aspek pengelolaan lingkungan, sosial, dan lainnya. Eksistensi Vale selama setengah abad di Indonesia, tak terlepas dari komitmen kami pada pembangunan berkelanjutan," tegasnya.

Selama 50 tahun hadir di Indonesia, ia menjelaskan Vale telah tumbuh bersama dengan banyak perusahaan lokal sebagai bagian dari rantai pasok pengadaan barang dan jasa. Untuk tahun 2018, ada 295 perusahaan lokal yang terlibat dalam pengadaan dengan nilai kontrak sekitar 12% dari total nilai kontrak pengadaan tahun 2018.

"Pelibatan pemasok lokal dan nasional mendorong peningkatan realisasi angka total kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai 68,17%, meningkat dibanding angka TKDN 2017 sebesar 67,85%. Perusahaan lokal juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga setempat," tuturnya.

Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Cirrus), Budi Santoso, mengapresiasi upaya Vale Indonesia dalam menjalankan praktik penambangan yang baik salah satunya dengan menjaga lingkungan dan manfaat ekonomi berkelanjutan. Ia juga memuji peran Vale Indonesia yang berkontribusi positif terhadap pembangunan masyarakat dan CSR yang berbasis pada rencana jangka menengah dan jangka panjang.

"Vale Indonesia sudah sangat layak mendapatkan predikat Proper Hijau," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: