Saudi-UEA Gabung Koalisi Maritim AS, Tapi Tidak dengan Irak karena...
Militer Irak menolak bergabung dengan koalisi maritim anti-Iran yang dibentuk Amerika Serikat (AS). Alasan utamanya karena Israel ada di koalisi tersebut.
Sikap Baghdad disampaikan ketika Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) memilih bergabung dengan koalisi maritim untuk patroli di Teluk Persia.
Koalisi tersebut dibentuk AS setelah terjadi serangkaian serangan terhadap kapal-kapal tanker di Teluk Persia, di mana Washington menuduh Teheran sebagai pelakunya.
Baca Juga: Arab Saudi Dilaporkan Gabung Koalisi Patroli Maritim AS
Dalam sebuah pernyataan di Iraq News Agency pada hari Kamis (19/9/2019), Kementerian Luar Negeri Irak mengatakan bahwa Baghdad tidak akan bergabung dengan pasukan yang berpatroli di perairan Teluk, terutama yang melibatkan Israel.
"Menteri Luar Negeri Irak, Mohammad Ali al-Hakim juga berbicara melalui telepon dengan rekannya dari Iran, Javad Zarif, di mana keduanya yang membahas masalah-masalah bilateral," kata kementerian tersebut.
Arab Saudi dan UEA telah menandatangani misi maritim di Teluk Persia yang dipimpin AS setelah serangan dua kilang minyak Saudi Aramco diserang besar-besaran pada Sabtu pekan lalu.
Baca Juga: AS Bentuk Koalisi Angkatan Laut, Menlu Iran: Mereka Membuat Kesalahan Serius
Arab Saudi dan sejumlah pejabat tinggi AS menyalahkan Iran atas serangan tersebut. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menggambarkan serangan terhadap dua kilang minyak itu sebagai "tindakan perang" dari Iran.
Iran membantah terlibat dalam serangan terhadap dua kilang minyak di Arab Saudi. Sedangkan kelompok pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Negara lain yang telah bersedia bergabung dengan koalisi maritim bentukan AS adalah Inggris, Australia, dan Bahrain. Sedangkan Jepang mengatakan akan mengirim pasukan sendiri ke wilayah itu, namun tidak bergabung dalam koalisi.
Israel sejatinya belum mengirim kapal apa pun untuk misi maritim tersebut, namun telah memberikan bantuan intelijen.
Baca Juga: Jepang Sebut Tak Akan Gabung Koalisi Maritim Ciptaan AS Karena Alasan Ini
Iran dan Irak pernah menjadi musuh bebuyutan di masa lalu. Kedua negara terlibat perang besar pada 1980-an. Hubungan kedua negara berubah menjadi lebih ramah pada akhir-akhir ini.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif telah mengunjungi Baghdad pada bulan Mei untuk memperkuat hubungan kedua negara. Zarif telah mengusulkan pakta non-agresi regional dengan Baghdad.
Sebulan sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani bertemu dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi. Rouhani berjanji untuk memperluas perdagangan bilateral dan kerja sama keamanan dengan bekas musuh Teheran tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: