Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dear Trump, Kapan Mau Damai dengan China?

Dear Trump, Kapan Mau Damai dengan China? Kredit Foto: Foto/Reuters/Feline Lim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden AS, Donald Trump, diklaim menjadi pihak yang paling menentukan dalam upaya penyelesaian drama perang dagang dengan rivalnya, China.

Sebagaimana diketahui, eskalasi perang dagang yang terjadi selama ini telah turut memukul pereknomian global sehingga damai dagang kedua negara tersebut menjadi suatu hal yang dinanti sejak lama oleh pelaku pasar.

Harapan damai dagang pun diungkapkan oleh mantan Wakil Menteri Keuangan China, Zhu Guangyao. Ia menilai, kedua negara dengan ekonomi raksasa di dunia itu haruslah kooperatif untuk segera mencapai kesepakatan dagang. 

Baca Juga: PM Australia Bertemu Donald Trump, Media China Bilang. . .

"Kami berharap bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan dengan saling menghormati, saling menguntungkan dengan perlakuan yang sama satu sama lain," imbuh Zhu Guangyao seperti dilansir dari CNBC Internasional, Jakarta, Selasa (24/09/2019). 

Ia menambahkan, kesepakan tersebut menjadi amat penting, tidak hanya bagi AS dan China, tetapi juga bagi perekonomian global. Apalagi, saat ini ancaman resesi global kian nyata sehingga dinilai menjadi momen yang tepat bagi AS dan China untuk benar-benar serius membahasa damai dagang. 

Baca Juga: Dampak Perang Dagang, Pangsa Pasar Perusahaan China Ini Melorot

"Jadi, sudah waktunya bagi China dan AS untuk benar-benar berkomunikasi serius berdasarkan rasa saling menghormati, saling menguntungkan," sambungnya. 

Sebagai informasi, berkenaan dengan upaya damai dagang, delegasi China disebut berencana untuk menyambangi petani AS di Montana. Namun, Direktur Urusan Nasional Biro Pertanian Montana, Nicole Rolf, mengonfirmasi bahwa rencana tersebut telah dibatalkan.

"Kedutaan besar China menginformasikan kepada Biro Pertanian Montana bahwa delegasi China pulang lebih awal sehingga kunjungan pada hari Senin (23/09/2019) turut dibatalkan," jelasnya seperti dikutip dari Reuters.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: