Kurangi Angka Pencabulan, Pimpinan Muslim di Rusia Ingin Legalkan Poligami
Para pemimpin Muslim menyuarakan agar poligami dilegalkan di Rusia untuk menghilangkan kasus percabulan di negara itu. Ildar Alyautdinov, mufti Moskow, menuturkan kepada media RIA Novosti jika mengizinkan pria memiliki banyak istri akan membantu menyelesaikan sejumlah masalah sosial di Rusia.
Dia menyebut bahwa dosa warga akan lebih berkurang akibat kasus pencabulan yang semakin meningkat, jika poligami menjadi legal. Alyautdinov menilai bahwa wanita saat ini benar-benar tidak terlindungi karena tidak adanya hukum Syariah Islam di Rusia.
"Melegalkan poligami akan menjamin hak-hak perempuan," katanya mengutip Daily Mail, Sabtu (28/9/2019).
"Sangat penting untuk menciptakan mekanisme perlindungan hukum, sehingga perempuan bisa menjadi pasangan kedua yang sempurna," lanjut dia.
Alyautdinov menjelaskan jika dia hanya mendukung poligami, di mana seorang pria memiliki banyak istri, tapi tidak mendukung polyandry, di mana seorang wanita boleh memiliki lebih dari satu suami.
Tak hanya itu, wanita di Rusia lebih banyak 10 juta lebih daripada pria, menurut Layanan Statistik Negara Federal. Pada tahun 2018, Badan Statistik Negara Federal Rusia mengungkapkan 146,9 juta orang tinggal di negara itu, Rusia Beyond melaporkan.
Diketahui, ada sekitar 68,1 juta di antaranya merupakan pria, sedangkan 78,8 juta wanita. Alyautdinov juga mengklaim ada banyak wanita yang tetap melajang setelah menjadi janda atau bercerai.
Komentar mufti tersebut dilontarkan usai Syekh Ravil Gainutdin, yang adalah kepala Administrasi Spiritual Muslim di Rusia, mengatakan ia menganggap pantas untuk melegalkan poligami di wilayah-wilayah Islam.
Poligami informal memang sudah ada di beberapa wilayah Muslim, termasuk Tatarstan, Chechnya, Dagestan.
Dia menuturkan mengambil beberapa istri lebih baik daripada pria yang memiliki 40 kekasih dan tidak mengambil tanggung jawab dari mereka dan anak-anak yang tidak sah. Mengomentari komentar tersebut, Gereja Ortodoks Rusia mengatakan, “monogami dikaitkan dengan penghormatan terhadap peran pria dan wanita dan pengakuan atas martabat mereka yang setara dalam pernikahan”.
Salah seorang juru bicara mengatakan jika gereja percaya hubungan di luar pernikahan membahayakan martabat pria dan wanita, menghancurkan keluarga dan pasangan yang tidak memiliki pasangan tidak bahagia, BBC melaporkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri