Dalam kurun waktu tiga tahun terahir, produk Exchange Trade Fund (ETF) mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Per akhir Juni 2019 tercatat jumlah produk mencapai 26 produk atau tumbuh rata-rata sekitar 34,5 persen sejak akhir 2017 sebanyak 12 produk.
Total dana kelolaan (asset under management/AUM) untuk produk ETF tercatat sebesar Rp14,12 triliun per Juni 2019 atau naik rata-rata sekitar 41 persen sejak akhir 2017. Dari total 26 produk ETF tersebut, sebagian besar produk ETF tersebut menggunakan acuan indeks yakni EDX30, SRI KEHATI, MSCI, Jakarta Islamic Index (111) dan baru ada satu produk yang menggunakan indeks LQ45.
PT PNM Investment Management menambah semarak pasar ETF di tanah Air dengan menerbitkan ETF Core LQ45 di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode XPCR.
Produk PNM ETF CORE LQ45 tersebut akan mcngalokasikan investasinya pada minimum 80 persen dan maksimum 100 persen dari nilai aktiva bersih pada saham-saham yang tercatat di indeks LQ45. Dan sisanya minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada instrumen pasar uang yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Baca Juga: Perdana! Reksa Dana PNM IM Resmi Tercatat di BEI
Direktur Utama PNM Investment Management Bambang Siswaji mengungkapkan bila dari hasil penjajakan terhadap nasabah investor, memperlihatkan bahwa Indeks LQ45 masih sangat diminati. “Ini cukup beralasan karena Indeks LQ45 mengukur performa harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan didukung fundamental perusahaan yang baik,” jelasnya,di Jakarta, Senin (30/9/2019).
Menurut Bambang, penerbitan ETF saat ini merupakaan waktu yang tepat bagi investor untuk melakukan investasi di produk tersebut. “Justru di saat kinerja pasar saham yang terkoreksi, inilah waktu yang tepat bagi investor beli ETF dan cocok bagi investor dengan skala investasi jangka panjang,” jelasnya.
Baca Juga: Produk ETF Makin Ramai, OJK Bilang Gini
Pasalnya, kondisi pasar yang terkoreksi saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Bila sentimen global mereda dan ditopang oleh fundamental ekonomi nasional yang kuat, hal ini akan mendorong kenaikan kinerja pasar saham domestik. Sehingga ketika pasar membaik, kondisi ini akan memberikan potensi pertumbuhan keuntungan investasi di produk ETF yang cukup tinggi.
Sebagai tujuan investasi jangka panjang di tengah ekonomi yang terus tumbuh, potensi pertumbuhan imbal hasil reksa dana ETF akan cukup besar dengan valuasi IHSG saat ini yang relatif murah. "Jangka pendek memang masih banyak sentimen yang tidak pasti, tetapi kalau jangka panjang potensi pertumbuhan bagus, ini akan jadi daya tarik reksadana ETF," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri