Selalu berpikir positif ternyata memberikan banyak manfaat dalam kehidupan. Melihat segala sesuatu dari sisi baik, hidup terasa lebih mudah untuk dijalani dan banyak bersyukur. Tak hanya itu, menurut penelitian baru berpikir positif dan optimis membawa dampak baik bagi kesehatan, yaitu mengurangi risiko penyakit jantung.
“Pola pikir adalah bagian paling intim dari pengalaman. Dalam beberapa dekade telah diketahui ada hubungan antara faktor psikologis dan penyakit jantung,” ujar Dr. Alan Rozanski, peneliti meta-analisis tentang optimisme seperti yang Okezone kutip dari ABC News, Selasa (1/10/2019).
Dr. Alan melakukan meta-analisis terhadap 15 studi tentang optimisme dan kesehatan yang melibatkan data dari 229.391 individu. Ia menemukan seseorang yang cenderung berpikir positif tentang masa depan memiliki risiko 35% lebih rendah terkena penyakit jantung. Begitu juga dengan risiko kematian yang lebih rendah.
Baca Juga: Peran Penting Ibu dalam Ketahanan dan Kesehatan Keluarga
Menurut Dr. Alan, hasil dari penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open tersebut bisa menawarkan perawatan baru bagi pasien jantung. Ahli jantung dari New York itu berpikir perawatan pesimisme merupakan bagian penting program rehabilitasi jantung.
Karena bukan tidak mungkin mereka yang terkena serangan jantung menjadi pesimis dalam hidup dan pada akhirnya malah memperburuk kondisinya. Meskipun memang beberapa waktu belakangan orang-orang yang mengalami serangan jantung memiliki kesadaran dan sangat ingin menjalani hidup lebih sehat.
Mereka ingin mengubah gaya dengan cara memerhatikan pola makan dan berolahraga lebih rutin. Namun apabila hal itu tidak diimbangi dengan pola pikir positif, tentunya hasil tak akan maksimal.
"Pengobatan pesimisme adalah ide baru untuk rehabilitasi pasien jantung. Namun kesehatan mental harus menjadi bagian dari rejimen serangan jantung di masa depan," ujar Dr. Alan.
Dirinya berpikir pesimisme harus menimbulkan kekhawatiran bagi dokter yang telah melakukan skrining kondisi kesehatan mental yang lebih serius seperti depresi. Hal ini lantaran depresi membawa banyak beban kesehatan dan komplikasi. Mulai dari kenaikan berat badan, penyakit jantung, gangguan penggunaan narkoba, serta risiko bunuh diri.
"Dokter harus memiliki pendekatan yang jelas untuk mengobati depresi. Sebelum mengobati penyakit pada jantung, dokter bisa mencoba mengatasi pesimisme pasien," tandas Dr. Alan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: