Ratusan Orang Lakukan Aksi Duduk, Buntut Polisi Tembak Demonstran
Ratusan warga Hong Kong melakukan aksi duduk di luar sekolah seorang demonstran remaja yang ditembak oleh polisi saat aksi bertepatan dengan Hari Nasional China. Tsang Chi-kin (18) ditembak dadanya oleh seorang polisi dari jarak dekat ketika unitnya diserang oleh pengunjuk rasa yang bersenjatakan tiang dan payung.
Sebagai bentuk solidaritas, di luar sekolah Tsang, para siswa meneriakkan slogan-slogan dan memegang foto-foto kejadian itu, diambil dari video yang di-posting di Facebook.
"Tidak ada perusuh, hanya tirani," teriak mereka, di samping slogan-slogan protes populer seperti dikutip dari AFP, Rabu (2/10/2019).
Baca Juga: Video Detik-detik Polisi di Hong Kong Tembak Para Demonstran
Tsang, yang dalam video itu mencoba untuk menyerang petugas dengan sebuah tiang saat ia ditembak, dibawa ke rumah sakit terdekat dalam kondisi kritis tetapi pihak berwenang mengatakan kondisinya telah membaik.
"Menurut informasi terbaru dari Otoritas Rumah Sakit, kondisi pria saat ini stabil," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Seorang teman dan teman sekelas Tsang, yang memberi nama depannya Marco, mengatakan bahwa remaja berusia 18 tahun itu adalah pemain bola basket yang marah dan geram dengan bergesernya kebebasan di Hong Kong dan cara polisi menanggapi aksi protes.
"Jika dia melihat ada masalah atau sesuatu yang tidak adil, dia akan menghadapinya dengan berani, berbicara menentangnya, bukannya diam," kata Marco kepada AFP.
Polisi mengatakan 25 petugas terluka dalam bentrokan pada Selasa (1/10/2019) kemarin, beberapa diantaranya menderita luka bakar kimia akibat cairan korosif yang dilemparkan kepada mereka oleh para pemrotes. Cairan itu juga melukai beberapa wartawan.
Otoritas rumah sakit mengatakan lebih dari 70 orang dirawat pada hari Selasa. Polisi menangkap sekitar 160 orang sepanjang hari.
Pada hari Rabu (2/10/2019), 96 pemrotes yang ditangkap saat bentrokan dengan polisi pada hari Minggu lalu muncul di pengadilan dengan tuduhan kerusuhan, menurut dokumen pengadilan. Usia mereka berkisar antara 14 hingga 39.
Baca Juga: Pedemo Hong Kong Dilaporkan Tertembak Peluru Tajam Polisi
Mayoritas adalah siswa berusia awal dua puluhan, tetapi pekerjaan lain yang terdaftar termasuk pelayan, guru, dokter, eksekutif periklanan dan juru masak.
Aksi protes di Hong Kong di sulut oleh rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang sudah dibatalkan. RUU ini memungkinkan warga Hong Kong untuk diekstradisi ke China untuk diadili.
Tetapi setelah Beijing dan para pemimpin lokal mengambil garis keras, mereka berubah menjadi gerakan yang lebih luas yang menyerukan kebebasan demokratis dan akuntabilitas polisi.
Tuntutan utama gerakan protes adalah penyelidikan independen terhadap tindakan polisi, amnesti bagi mereka yang ditangkap dan hak pilih universal.
Namun Beijing dan pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan mereka tidak mau memenuhi tuntutan itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: