Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Selamat! Pak Jokowi Jadi Muslim Paling Berpengaruh ke-13 di Dunia!

Selamat! Pak Jokowi Jadi Muslim Paling Berpengaruh ke-13 di Dunia! Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi

NU juga mendukung kebijakan pemerintah seperti aturan antikorupsi, reformasi sosial, anti-SARA, HAM. Jokowi dan Said bukanlah satu-satunya tokoh Indonesia yang masuk daftar Muslim Paling Berpengaruh di Dunia, mengingat RISCC merilis 500 nama. Namun, kedua tokoh Indonesia itu memiliki pengaruh yang besar dan luas seperti tokoh-tokoh muslim dunia yang lain, baik yang menjadi politisi maupun kepala organisasi.

Tokoh Indonesia lain yang masuk daftar ialah Habib Lutfhi (ketua Forum Sufi Internasional), Muhammad Din Syamsudin, KH Achmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Ahmad Syafii Maarif, Anis Matta, Letjen Jenderal Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Miftahul Achyar (rais aam PBNU), KH Ma’ruf Amin, Haedar Nasir (ketua umum PP Muhammadiyah), KH Yahya Cholil Staquf (katib aam PBNU), dan Abdullah Gymnastiar.

Baca Juga: Publik Sudah Mendesak Jokowi Harus Keluarkan Perppu

Kemudian KH Quraish Shihab, Haidar Bagir, Sri Mulyani Indrawati, Tri Mumpuni, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Hajjah Maria Ulfah, dan Goenawan Mohamad. Semuanya dinilai memiliki pengaruh besar. Namun, di luar 50 besar, daftar itu diurutkan berdasarkan kategori, benua, negara, dan nama tokoh. Jumlah populasi muslim di dunia mencapai 1,93 miliar atau 1/4 dari total populasi dunia.

Selain menjadi warga negara di negaranya masing-masing, muslim juga beranggapan seluruh umat Islam di dunia sebagai saudara.

“Pengaruh didefinisikan sebagai orang yang memiliki kekuasaan, baik secara budaya, ideologi, keuangan, ataupun politik, untuk memberikan perubahan dan dampak yang signifikan terhadap muslim di dunia,” ungkap RISSC. “Perlu dicatat dampak di sini dapat positif atau negatif tergantung sudut pandang,” tambah RISSC.

Namun, RISSC mengakui tantangan terbesar dalam publikasi seperti ini ialah ketidakpastian dalam mengukur pengaruh. Pasalnya, pengaruh terkadang dapat diukur melalui cara kuantitatif seperti jumlah pengikut, buku, penjualan, tapi juga terkadang harus diukur lewat kualitatif seperti dampak dalam jangka panjang.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: