Mega proyek terintegrasi LNG Floating Storage Regasigication Unit - Independent Power Producer (FSRU-IPP) Jawa-1 diketahui menjadi proyek Pertamina Power Indonesia (PPI) yang pertama masuk dalam kesepakatan kerja sama dengan anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yakni Indonesia Power.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Warta Ekonomi dari sumber tepercaya, Selasa (8/10/2019, mengatakan bahwa, pembahasan dan kesepakatan pimpinan puncak PPI dan Indonesia Power salah satunya dalam pembentukan JV dan Operation & Maintenance proyek IPP Jawa-1. Maka, tidak heran bila pemberitaan tersebut telah beredar di media terkait kerja sama kedua perusahaan.
Diketahui, Direktur Utama dan CEO PPI Ginanjar menyatakan bahwa bisnis kelistrikan merupakan teknologi yang sepenuhnya harus mampu ditangani oleh dalam negeri. Kemudian dalam hal ini, sumber tersebut mengatakan bahwa, Indonesia Power sudah mempunyai pengalaman dalam Operation & Maintenance pembangkitan.
Baca Juga: Melaui Sinergi BUMN, 16 Ribu Rumah di NTT Tersambung Listrik Gratis
Bila dilihat, IPP Jawa-1 yang dipimpin PPI menggunakan teknologi terkini GE dan ternyata Indonesia Power juga merupakan pemilik dan tentunya akan menjadi operator proyek pembangkit Tambak Lorok berkapasitas 800MW yang juga menggunakan teknologi yang sama di IPP Jawa-1, yaitu 9HA.02. Ini merupakan contoh kolaborasi yang sempurna.
Kerja sama kedua perusahaan ini juga merambah dan diperluas ke kerja sama bisnis internasional, yaitu Proyek IPP Bangladesh berkapasitas 1.200 MW yang saat ini sedang dikembangkan oleh PPI.
Kembali sumber tepercaya tersebut menegaskan bahwa, kerjasama di proyek Bangladesh ini bukan hanya di bidang Operation & Maintenance namun Indonesia Power juga masuk sebagai pengembang (developer) bersama PPI, yang merupakan Pimpinan Konsorsium, serta anggota lainnya dari perusahaan domestik Bangladesh.
Pembahasan mengenai ikut sertanya IP sebagai anggota konsorsium Proyek Bangladesh ini sebenarnya sudah dilakukan jauh sebelumnya, yaitu pada saat IP masih dipimpin oleh Sripeni Inten, yang saat ini menjadi Pelaksa Tugas Direktur Utama PLN.
Langkah strategis yang dilakukan oleh PPI memang selalu mengejutkan industri kelistrikan Indonesia. Masuknya Pertamina ke bisnis kelistrikan (melalui PPI) sempat disalah-artikan publik sebagai ajang persaingan baru kedua BUMN.
Dalam kesempatan terpisah, menanggapi pertanyaan mengapa kedua perusahaan yang dianggap bersaing tersebut sekarang justru berkolaborasi, Ginanjar menegaskan bahwa PPI tidak pernah bersaing dengan Indonesia Power dan juga anak-anak perusahaan PLN lainnya, tidak semua tahu bahwa PPI juga sempat berkolaborasi di proyek lain dengan PJB.
“Please, itu teori-teori kolonialisme dan devide et Impera (adu domba), teori imperialisme. Di Indonesia, kita adalah suplementary PLN dan Kolaborator anak perusahaan PLN. Di dunia internasional, kita tentunya akan selalu membawa expertise IP," tegas Ginanjar.
Sumber tepercaya juga menambahkan bahwa, dalam pertemuan tersebut PPI mengindikasikan beberapa proyek masa depan yang sedang digarap PPI di berbagai tempat di Indonesia, termasuk proyek-proyek pembangkitan internal Pertamina seperti GRR Tuban, dan lain-lain.
"Sebenarnya bila dilihat dengan cermat, manuver dua anak perusahaan kedua BUMN dalam rangka meninggkatkan local content di bidang kelistrikan," pungkas sumber tepercaya yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Vicky Fadil