Menko Polhukam Wiranto diserang teroris seusai kunjungan ke Universitas Mathlaul Anwar, Menes, Pandeglang, Banten untuk meresmikan gedung baru. Pelakunya, Syafril Alamsyah alias Abu Rara, dan istrinya berinisial FA.
Mantan Panglima ABRI itu mendapatkan dua luka tusuk di bagian perutnya. Senjata tajam yang digunakan pelaku, pisau sejenis kunai. Tak hanya Wiranto, Kapolsek Menes Kompol Daryanto dan ajudan Wiranto, Fuad Sauki juga terkena terluka karena berusaha menghalangi aksi pelaku.
"Korban yaitu Beliau (Wiranto), Kapolsek Menes, Bapak Fuad Sauki, kemudian ajudan Danrem, tapi luka sedikit," kata Kepala Polda Banten Irjen Tomsi Tohir, Kamis (10/10/2019).
Baca Juga: Update Kondisi Wiranto, Tengok Yuk...
Baca Juga: Wiranto Ditusuk, Jokowi Bakal Stop Hobi Blusukan?
Kejadian itu terjadi di Alun Alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banteng, Kamis 10 Oktober 2019 sekira pukul 11.50 WIB. Pada pagi harinya, Wiranto sempat kunjungan ke Universitas Mathlaul Anwar (Unma) Banten di Jalan Raya Labuan KM 23, Kampung Cikaliung, Desa Sindanghayu, Kecamatan Saketi, Pandeglang. Ia didampingi sejumlah pejabat dan pimpinan universitas.
Sekira pukul 11.30 WIB, Wiranto meninggalkan Unma menuju Alun-Alun Menes untuk naik helikopter kembali ke Jakarta. Setibanya di Alun-Alun Menes, pukul 11.50 WIB, tiba-tiba dari arah belakang Syahrial menusuk Wiranto dengan pisau mirip kunai hingga tersungkur.
Wiranto menjalani perawatan
Kejadiannya begitu cepat, masyarakat yang ada di sekitar lokasi pun histeris menyaksikan kejadian tersebut. Wiranto awalnya dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang, namun kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Wiranto harus menjalani operasi selama dua jam untuk menyembuhkan lukanya.
Pelaku Anggota JAD Bekasi
Aparat bergerak cepat membekuk pelaku, kendati membantah kecolongan karena pelaku berhasil melukai Wiranto. Syahrial dan istrinya ditangkap, lengkap dengan barang bukti senjata tajam jenis kunai.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan memastikan, pelaku Syahrial adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi. Bahkan, sepak terjangnya sudah diintai sejak tiga bulan lalu.
"Ini sudah pasti dari kelompok jaringan JAD, khususnya jaringan JAD Bekasi," kata Budi.
Gunawan usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Kamis 10 Oktober 2019. Pelaku kerap kali berpindah pindah tempat, sebelumnya berada di Kediri, kemudian pindah ke Bogor tiga bulan lalu.
"Kemudian dari Bogor pindah ke Menes, (Pandeglang, Banten) karena cerai dengan istri pertama. Di Menes ia menikah lagi," kata Budi.
Syahrial diketahui merupakan orang Medan, dan juga tercatat pernah tinggal di Jalan Alfaka 6, Lingkungan V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Ia pindah baru sekitar dua tahun lalu karena terkena gusuran untuk lahan pembangunan Jalan Tol Binjai-Medan, yang merupakan bagian dari proyek infrastruktur Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Tetangga tak menyangka Syahrial terlibat dalam penyerangan terhadap Wiranto, karena selama ini dikenal sebagai sosok yang baik dan bergaul dengan warga. "Benar-benar enggak menyangka. Karena setahu kita selama ini baik orangnya," kata Maryono (57), warga Jalan Alfaka 6.
Sepengetahuannya, Syahrial hanya mengenyam pendidikan sampai SMA dan orang yang rajin mengikuti pengajian. Ia diketahui menikah untuk kedua kalinya setelah kedua orangtuanya meninggal.
"Dia tidak suka berkelahi atau berkonflik dengan warga lain. Kami juga yakin dia tidak mengalami gangguan kejiwaan sebelum pindah dari sini," katanya.
Syahrial dan istrinya diamankan di Polsek Menes sebelum akhirnya dibawa ke Mabes Polri untuk dimintai keterangan. Polisi pun menyatakan lokasi penusukan terhadap Wiranto merupakan memang daerah rawan kelompok radikal.
Budi Gunawan pun tak memungkiri adanya upaya menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober 2019. "Kita sudah deteksi menjelang pelantikan memang sudah rencana-rencana seperti itu dari JAD sehingga harus kita dengar dan waspada," kata Budi.
Ramai-Ramai Kecam Penusukan Wiranto
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyayangkan aksi terorisme yang menimpa Wiranto. Dengan tegas, Jokowi memerintahkan aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
"Saya perintahkan Kapolri, Kabin, dan didukung TNI untuk mengusut tuntas dan menindak tegas terhadap pelaku dan jaringan yang terkait peristiwa (penyerangan Wiranto)," ujar Jokowi usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto, Kamis 10 Oktober 2019.
Presiden mengajak masyarakat untuk bersama-sama memerangi radikalisme dan terorisme, karena hanya dengan bergandengan tangan, terorisme bisa diberantas di Tanah Air.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo juga mengecam. Bamsoet menegaskan, atas alasan apa pun, tindakan anarkis dan membahayakan nyawa manusia tersebut tak dibenarkan hukum dengan alasan apa pun. Siapa pun pelakunya harus diproses secara hukum agar kejadian serupa tak menimpa siapa pun di kemudian hari.
"Kecaman ini bukan karena penusukan ditujukan kepada Pak Wiranto yang kebetulan seorang pejabat publik. Tindakan membahayakan nyawa orang lain, apalagi hal tersebut tidak bisa dapat dibenarkan sesuai aturan hukum dan nilai-nilai Pancasila," katanya, Kamis 10 Oktober 2019.
"Kejadian ini sekaligus menjadi early warning bagi kepolisian yang bertanggung jawab dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat," imbuhnya.
Kendati dekat dengan waktu pelantikan Presiden - Wakil Presiden 2019-2024, Bamsoet meminta tak perlu didramatisir secara berlebihan. Terpenting, kepolisian harus segera mengusut tuntas motif pelaku, agar di masyarakat tidak berkembang berbagai teori konspirasi yang kadangkala justru menimbulkan berbagai prasangka, kekhawatiran dan ketakutan.
Senada diutarakan Ketua DPR Puan Maharani. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menyesalkan adanya peristiwa penyerangan terhadap Wiranto. Dia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk ancaman teror.
"Peristiwa itu merupakan bentuk teror. Setiap aksi teror, yang ditujukan kepada siap pun, adalah sebuah kejahatan,” ucap Puan, Kamis 10 Oktober 2019.
Puan menyebut penyerangan terhadap Wiranto menunjukan ancaman teroris hingga saat ini nyata adanya. Namun, Puan meminta masyarakat jangan berspekulasi dan mempercayakan penanganan kasus ini pada aparat kepolisian.
“Periksa pelakunya, dalami apakah ia lone wolf, bergerak sendiri, atau terkait jaringan teroris," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil