Peningkatan inklusi keuangan di Indonesia membutuhkan kerja sama semua pihak, bukan hanya regulator tetapi juga para pelaku usaha jasa keuangan.
Yeti Astiningtyas, salah seorang ibu rumah tangga, hanya tersenyum kecil ketika ditanya: apakah memiliki tabungan di bank atau tidak? Untuk urusan menabung, ia menjelaskan masih melakukannya secara sederhana seperti menabung di koperasi yang dikelola oleh ibu-ibu PKK. Ia mengatakan dirinya tak memiliki pengetahuan mendalam tentang aspek keuangan.
"Orang seperti saya itu istilahnya kalau ada uang menabung. Kalau ada kebutuhan mendadak, kami ambil uang dari tabungan atau cari pinjaman utang. Selebihnya berpasrah diri," katanya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Mendorong Tingkat Inklusi Keuangan di Kalangan Milenial
Memang, inklusi keuangan menjadi salah satu persoalan serius yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia. Bank Dunia mencatat baru 48,9 persen orang Indonesia yang memiliki akses ke jasa dan layanan keuangan pada tahun 2017 lalu.
Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan 75 persen orang Indonesia bisa masuk ke dalam sektor jasa keuangan pada tahun 2019 ini.
Meski demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui bahwa target 75 persen sepertinya akan sulit tercapai pada tahun ini. OJK memprediksi tingkat inklusi keuangan nasional pada 2019 hanya akan mencapai angka 65 persen. Salah satu kendala untuk mencapai target 75 persen tersebut terdapat pada aspek infrastruktur.
Untuk itu, perlu banyak terobosan guna mendorong tingkat inklusi keuangan di Tanah Air. Salah satunya adalah dengan mempererat kolaborasi antara para pelaku usaha jasa keuangan dengan pihak regulator.
Kegiatan kolaborasi tersebut perlu digencarkan karena inklusi keuangan bisa memberi banyak manfaat kepada masyarakat. Misalnya, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai layanan untuk melakukan efisiensi kegiatan produksi, konsumsi. dan distribusi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gotong Royong
Salah satu bentuk kolaborasi para pelaku usaha jasa keuangan dengan pihak regulator, yakni kegiatan FIN Expo 2019. Kegiatan ini melibatkan multi-stakeholder seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dari pihak regulator.
Kemudian dari pihak PUJK turut terlibat banyak para pelaku usaha mulai dari sektor perbankan, asuransi, hingga financial technology (fintech). Beberapa perusahaan yang terlibat di kegiatan ini seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, Bank BJB, Akulaku, dan Allianz Indonesia.
FIN Expo 2019 digelar bertepatan dengan Bulan Inklusi Keuangan yang jatuh setiap bulan Oktober. Acara ini sendiri merupakan agenda puncak dari rangkaian acara Bulan Inklusi Keuangan. Kegiatan FIN Expo 2019 akan dilaksanakan pada tanggal 17-20 Oktober 2019 di Mall Kota Kasablanka.
Kegiatan ini digadang-gadang bisa menjadi pendorong pertumbuhan tingkat inklusi keuangan di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini diharapkan bisa menjadi sarana yang tepat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan jasa keuangan serta mendorong akselerasi penambahan jumlah rekening maupun penggunaan produk dan layanan jasa keuangan.
Selain itu, kegiatan ini akan menggalakkan kampanye perlindungan konsumen guna menciptakan kondisi pasar yang sehat dan saling menguntungkan antara pelaku usaha dan konsumen. Beberapa hal yang akan disampaikan terkait perlingungan konsumen seperti hak untuk mendapatkan transparansi terkait manfaat, biaya, dan risiko atas produk yang digunakan, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan data, serta penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.
Hal ini tentu akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang sustain serta berkelanjutan. Pada akhirnya, hal tersebut akan mengurangi kesenjangan dan rigiditas low income trap sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menurunkan kemiskinan.
Potensi Milenial
Kegiatan FIN Expo 2019 yang dikemas secara menarik memiliki potensi menjadi daya tarik bagi para generasi milenial. Dalam kegiatan ini akan dihadirkan berbagai macam pameran produk jasa keuangan dengan beragam bentuk diskon, bonus, dan reward yang tentu bisa menjadi daya pikat para milenial.
Selain itu, kegiatan ini memiliki rangkaian acara yang sangat cocok bagi para milenial. Misalnya, ada agenda bincang-bincang (talkshow) mengenai perencanaan keuangan dengan pembicara Founder Jouska, Aakar Abyasa Fidzuno. Jouska sendiri sangat terkenal di kalangan milenial khususnya pengguna media sosial. Di Instagram akun @jouska_id memiliki 530 ribu pengikut.
Selain itu, kegiatan ini dimeriahkan oleh beberapa penyanyi dan band ternama seperti Ardhito Pramono, Kahitna, dan Diskopantera. Dari sisi lokasi, kegiatan ini digelar di lokasi yang sangat populer di kalangan milenial, yakni Mall Kota Kasablanka.
Generasi milenial memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak dalam mendorong peningkatan inklusi keuangan. Apalagi pada tahun 2030 nanti Indonesia akan memasuki masa bonus demografi ketika generasi milenial memasuki usia produktif.
Adapun, jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 180 juta orang atau dua kali lebih banyak ketimbang usia nonproduktif. Kemudian dalam beberapa tahun ke depan, generasi milenial tersebut adalah para calon pengambil keputusan, baik dalam rumah tangga, bisnis, ataupun sosial.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: