Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Ajak Petani Garap Hilirisasi Kakao

Pemerintah Ajak Petani Garap Hilirisasi Kakao Kredit Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra

Tingkatan Produktivitas

Karena kakao merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan dari 16 komoditas unggulan lainnya yang mempunyai peran ekonomi yang cukup strategis, pemerintah berharap pekebun kakao dapat meningkatkan volume dan produktivitas kakao melalui intensifikasi, perluasan lahan dan peremajaan kakao rakyat.

"Produksi dan produktivitas ini masih berpotensi untuk ditingkatkan dengan melakukan intensifikasi, peremajaan dan perluasan lahan kebun rakyat," kata Kasdi.

Untuk mendorong produktivitas kakao rakyat, pemerintah sudah mengembangkan kakao berkelanjutan yang pada 2019 telah mencapai lebih dari 477 ribu ha. Di antaranya pengembangan kakao ini melalui kegiatan utama perluasan, peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi.

Pada tahun ini, telah dialokasikan kegiatan pengembangan kakao seluas 7.730 ha melalui kegiatan peremajaan dan perluasan yang didukung operasional substation dan pilot project fertigasi kakao. Selain itu juga telah diluncurkan KUR, khusus perkebunan yang bisa dimanfaatkan pekebun.

Baca Juga: Industri Pengolahan Kakao Setor Devisa hingga US$1,13 M

Kasdi menyebutkan, ada beberapa faktor pendukung potensi kakao di tanah air bisa ditingkatkan produksi dan kualitasnya. Sebab, Indonesia  memilki areal lahan yang cukup luas sesuai untuk kakao. Faktor lainnya adalah,  minat pekebun cukup tinggi dan tersedianya bahan tanam unggul.

"Dalam pengembangan kakao juga ada dukungan berupa paket teknologi dari pemerintah, tersedianya SDM peneliti yang berkualitas," ujarnya.

Menurut Kasdi, pengembangan kakao rakyat juga ada dukungan pemerintah pusat dan daerah yang tinggi serta potensi pasar yang besar. Data Ditjenbun Kementan menyebutkan, produksi kakao dunia saat ini sekitar 4,79 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebagian besar dipasok oleh Pantai Gading (43%), Ghana (20%), Ekuador (6%), Indonesia (6%), dan sisanya oleh negara-negara produsen lainnya. "Jadi, kita saat ini posisinya ke empat," ujarnya.

Data statistik perkebunan 2018 (angka sementara) menyebutkan, areal kakao nasional mencapai 1.678.000 ha dengan produksi mencapai 593,83 ton per tahun. Sedangkan produktivitas kakao nasional rata-rata sebesar 737 kg per ha.

Selain penghasil devisa negara, lanjut Kasdi, kakao juga menjadi komoditas sosial. Artinya, usaha perkebunan kakao tersebut hampir 97% diusahakan oleh perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 1,7 juta kepala keluarga (KK). Di sisi lain komoditas kakao memberikan sumbangan dalam perolehan devisa sebesar US$1,24 miliar. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: