"Konsentrasi bahan radioaktif relatif rendah dan berdampak kecil terhadap lingkungan," kata kementerian itu kepada Kyodo News sebagaimana dilansir RT, Kamis (17/10/2019). Kementerian itu bersikeras tidak ada peningkatan radiasi yang diukur baik di daerah di mana kantong disimpan atau di sungai itu sendiri.
Baca Juga: Gelandangan Dilarang Masuk Pusat Penampungan Picu Perdebatan di Jepang
Hagibis, topan paling kuat yang melanda Jepang dalam beberapa dekade, menyebabkan banjir di 200 sungai, menurunkan rekor curah hujan di beberapa daerah, dan didahului oleh gempa berkekuatan 5,7 di lepas pantai Chiba. Sedikitnya 74 korban jiwa sejauh ini telah dikaitkan dengan Hagibis, dan tim penyelamat masih mencari penyintas, dengan 14 orang yang masih belum diketahui keberadaannya hingga Selasa malam. Hampir 10.000 rumah terendam banjir dan ratusan ribu polisi, penjaga pantai, petugas pemadam kebakaran, dan personel pembantu berpartisipasi dalam upaya pencarian dan penyelamatan.
Tiga reaktor nuklir hancur di Fukushima yang berdampak besar delapan tahun lalu dipicu oleh bencana lingkungan yang serupa, dengan gempa bumi dan tsunami secara bersamaan yang mendatangkan malapetaka di timur laut Jepang. Otoritas Jepang secara konsisten berupaya mengecilkan dampak dari bencana Fukushima dan mengumumkan awal bulan ini rencana mereka untuk "mencairkan" air limbah radioaktif dari pabrik dengan membuangnya ke laut ketika kapasitas penyimpanan terlampaui, membuat negara-negara tetangga, nelayan, dan pecinta lingkungan ketakutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: