Sebelumnya, Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas, Anang Noegroho mengatakan konsep budidaya beras berkelanjutan sangat diperlukan mengingat tren permintaan beras ke depan adalah menurunnya konsumsi beras perkapita. Namun demikian kebutuhan beras nasional tetap meningkat karena pertumbuhan penduduk masih positif dan usia harapan hidup meningkat.
"Selain itu, tantangan pemenuhan kebutuhan beras tidak hanya dari sisi ketersediannya saja, tetapi sekarang ini juga dibutuhkan beras dengan kandungan gizi yang baik atau kaya dengan vitamin, atau yang dikenal dengan beras biofortifikasi, utamanya untuk wilayah-wilayah di Indonesia yang terindikasi mengalami gejala stunting," Anang dalam acara diskusi pembangunan perberasan berkelanjutan melalui Sustainable Rice Platform (SRP) di kantor Bappenas, Rabu (16/10/2019) lalu.
Sebab itu, Anang berharap diskusi tentang SRP ini bisa membahas kelanjutan inisiasi menuju SRP Indonesia dan mendapatkan informasi tentang arah kebijakan beras berkelanjutan. Selain itu memberikan gambaran perkembangan SRP di tingkat global dan nasional.
Baca Juga: Bappenas: Keberhasilan Kerja Jokowi Jilid I Nyata
"Dan juga penting mendiskusikan rumusan tindak lanjut dalam mengembangkan beras berkelanjutan di Indonesia," ujarnya.
Di tempat yang sama, Suhartini dari Balai Besar Penelitian Padi Kementan menyebutkan instansinya telah meluncurkan varietas Inpari 46 Nutri Zinc sebagai upaya meningkatkan nilai gizi sekaligus untuk mengatasi kekurangan zat besi pada msyarakat.
"Bapak Ibu bisa mendapatkan benih padi di Balai Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP) di seluruh provinsi di Indonesia, atau kalau di BPTP tidak ada stock, nanti bisa minta ke kami," terangnya.
Sandra dari Thailand menuturkan pelaksanaan SRP pada lahan sawah konsepnya dimulai dari pengelolaan lahan sawah, persiapan pra tanam, penggunaan air, pengaturan nutrisi bagi tanaman, pengelolaan hama secara terpadu, penanganan panen dan pasca panen, keamanan dan kesehatan dari bahan-bahan kimiawi, dan hak buruh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto