Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mengeluarkan ancaman mengerikan bagi para militan kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah jika pulang ke wilayah otonom Rusia tersebut. Pihaknya mengaku telah melatih unit militer khusus yang akan memberikan tiket ke kuburan kepada para militan teroris tersebut.
Kadyrov adalah pemimpin Muslim di Chechnya wilayah Kaukasus Utara Rusia yang juga sekutu dekat Presiden Vladimir Putin.
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu menuturkan operasi militer Turki di Suriah timur laut telah menyebabkan pasukan Kurdi meninggalkan selusin penjara tempat para militan ISIS ditahan. Pasukan Kurdi selama ini juga menjaga delapan kamp berisi anggota keluarga ISIS.
Baca Juga: Demi Hadapi Turki di Suriah, Trump Serius Bakal Kerahkan Militer
Shoigu menyatakan keprihatinannya atas invasi Ankara. "Ini dapat menyebabkan gelombang migrasi balik teroris ke tanah air mereka," katanya.
Kadyrov menyebut beberapa militan ISIS berasal dari Chechnya dan wilayah lain di Rusia selatan. Namun, dia mengatakan bahwa para militan tersebut harus berpikir dua kali untuk kembali.
“Chechnya siap memastikan keamanan di wilayah kami. Kami telah menyiapkan unit-unit khusus untuk melakukannya," katanya kepada Channel 1 di Rusia. "Kami tidak seperti dulu di tahun 1990-an," ujarnya merujuk pada pemberontakan besar-besaran kelompok radikal yang mencatut nama Islam di Chechnya.
"Kami dengan senang hati menerima (militan ISIS), tetapi tidak jelas apakah mereka akan mendapatkan tiket ke teater atau kuburan," ujarnya.
Ia menilai, ISIS bukanlah kelompok yang memperjuangkan agama. "Setan dari ISIS bukan fanatik agama yang berusaha membangun kekhalifahan mereka sendiri," kata Kadyrov."Tetapi hanya tentara bayaran, yang dilatih tentang uang dari dinas rahasia Barat, yang tugasnya mengikuti perintah," paparnya.
Pemimpin Chechnya itu percaya bahwa akan ada upaya untuk menggunakan teroris yang melarikan diri dari penjara di Suriah utara untuk melawan Rusia.
"Tujuan Amerika Serikat (AS), Eropa—Barat—adalah untuk menghancurkan negara berdaulat kita. Mereka mencoba melakukannya melalui Chechnya; melalui Ossetia; melalui Georgia; melalui Ukraina, tetapi mereka tidak akan pernah berhasil," ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (22/10/2019).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: