Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Beuh, Indonesia Ngutang Rp1,403 T ke ADB buat Garap 12 Proyek

Beuh, Indonesia Ngutang Rp1,403 T ke ADB buat Garap 12 Proyek Kredit Foto: File/Financial Express
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asian Development Bank (ADB) telah menyetujui pinjaman perantara senilai US$100 juta atau setara Rp1,403 triliun pada Pemerintah Indonesia, yanga akan digunakan untuk mengatalisasi investasi sektor swasta di berbagai proyek infrastruktur.

Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried F Wicklein mengatakan, pinjaman ini akan membantu Indonesia untuk memobilisasi investasi sektor swasta guna membangun dan membiayai proyek infrastruktur.

"Bantuan ADB akan membantu memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur di Indonesia, dan menaikkan kualitas serta standar proyek-proyek infrastruktur," jelas dia melalui siaran pers yang diterima, Rabu (23/10/2019).

Baca Juga: Bank Dunia Beri Pinjaman Utang US$150 Juta, Untuk Apa?

Keperluan investasi tahunan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur diperkirakan mencapai lebih dari US$70 miliar. Infrastruktur berkualitas tentu jadi modal penting bagi pertumbuhan inklusif di Indonesia, yang memerlukan layanan infrastruktur untuk mendukung perekonomian berpenghasilan menengah yang modern dan kompetitif serta untuk menyediakan kebutuhan dasar warga.

Melalui Leveraging Private Infrastructure Investment Project, pemerintah akan menyalurkan dana ADB pada PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) melalui badan usaha milik negara PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

IIF dan SMI merupakan dua institusi di sektor pembiayaan infrastruktur yang menyediakan pembiayaan proyek, layanan konsultasi, penjaminan, dan dukungan pembiayaan proyek untuk proyek-proyek infrastruktur.

Dengan bantuan ADB, IIF akan memberi pinjaman dengan ketentuan komersial bagi subproyek yang mengikuti standar dan pedoman IIF dan ADB. Pinjaman tersebut akan mendukung 12 proyek infrastruktur potensial di sektor kesehatan, energi terbarukan, telekomunikasi, dan transportasi.

Baca Juga: Pemerintah Tolak Utang untuk Danai IKN

"Bantuan ADB diharapkan meningkatkan jumlah pendanaan yang lebih besar lagi berupa investasi swasta di berbagai sektor infrastruktur strategis, dan hal tersebut membantu menambah nilai pinjaman ini," ujar ekonom ADB untuk Indonesia, Yurendra Basnett.

Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota—49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik. Pada tahun lalu, ADB memberikan pinjaman dan hibah baru senilai US$21,6 miliar. Hibah tersebut merupakan komitmen ADB untuk mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta untuk memberantas kemiskinan ekstrem.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: