Bank Dunia menyetujui pinjaman sebesar $150 juta bagi Indonesia untuk meningkatkan investasi tenaga panas bumi dengan mengurangi risiko eksplorasi tahap awal. Pinjaman ini disertai hibah sebesar $127,5 juta dari Green Climate Fund dan Clean Technology Fund, dua institusi yang mendukung pembangunan ramah iklim.
Direktur Negara Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rodrigo A Chaves, mengungkapkanĀ pendanaan pengeboran eksplorasi merupakan salah satu hambatan utama untuk memperluas pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Dengan pinjaman ini diharapkan hambatan tersebut bisa diatasi dan Indonesia bisa memanfaatkan sepenuhnya potensi panas bumi yang besar di negara ini.
"Bank Dunia berkomitmen untuk membantu Indonesia mencapai akses universal terhadap listrik sebagai landasan untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan kemakmuran bagi warga Indonesia," kata Chaves di Jakarta, Jumat (27/9/2019).
Baca Juga: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 5,1%
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sektor panas bumi Indonesia memiliki potensi besar dan kapasitas tenaga panas bumi yang terpasang saat ini adalah yang terbesar kedua di dunia.
"Panas bumi lebih ramah lingkungan dan pengembangan sektor ini menjadi bagian integral dari ketahanan energi Indonesia, serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mendorong partisipasi pengembang dalam mengeksplorasi potensi panas bumi dan memberi dukungan melalui fasilitas mitigasi risiko.
Melalui proyek Geothermal Resource Risk Mitigation (GREM), pinjaman ini akan membantu pengembang, baik sektor publik maupun swasta, mengurangi risiko eksplorasi sumber daya panas bumi termasuk menutup sebagian biaya jika eksplorasi gagal. Proyek ini juga akan membiayai bantuan teknis dan peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan utama sektor panas bumi.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sutijastoto menambahkan untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 diperlukan kontribusi dari pengembangan panas bumi sekitar 7% atau setara 7.000 MW.
"Ini merupakan pembangunan skala besarĀ dan ambisius dengan total nilai investasi sebesar $35 miliar," katanya.
Sutijastoto mengatakan proyek tenaga panas bumi merupakan investasi yang berisiko, terutama pada tahap eksplorasi dan tidak ada institusi keuangan yang memberi pendanaan pada tahap awal tersebut.
"Kami menyambut baik fasilitas GREM, yang khusus mendanai aktivitas eksplorasi dan memberi instrumen untuk membagi risiko. Proyek ini akan membantu menjawab tantangan besar pendanaan eksplorasi sehingga berkontribusi pada keberhasilan pengembangan tenaga panas bumi di Indonesia," katanya.
Saat ini Indonesia adalah net importir minyak mentah dan masih bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik. Dari total kapasitas daya terpasang nasional, 88% bersumber dari bahan bakar fosil sedangkan 12% berasal dari energi terbarukan.
Indonesia sekarang memiliki 1,9 gigawatt tenaga panas bumi terpasang dan berencana untuk mengembangkan 4,6 gigawatt tambahan untuk membantu memenuhi target energi terbarukan pemerintah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: