Sebagai upaya mendiversifikasi sekaligus memperbaiki struktur pendanaan dalam jangka panjang, PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) berniat untuk menerbitkan obligasi dalam skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) tahap 1 dengan target indikatif Rp 1 triliun.
“Aksi korporasi ini merupakan inisiatif perseroan untuk mendukung kesinambungan bisnis ke depan serta mengantisipasi persaingan industri perbankan yang semakin ketat,” kata Direktur Utama Bank Mantap Josephus K. Triprakoso, di Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Baca Juga: Taspen Tingkatkan Porsi Saham di Bank Mantap
Menurutnya, obligasi tersebut merupakan bagian dari rencana PUB sebesar Rp4 triliun hingga 2022. Obligasi tersebut dibagi menjadi dua seri, yaitu Seri A dengan tenor 3 tahun dan Seri B dengan tenor 5 tahun.
“Seri A ditawarkan dengan tingkat kupon sebesar 7,90 persen hingga 8,10 persen dan Seri B ditawarkan dengan tingkat kupon sebesar 8,10 persen hingga 8,35 persen per tahun, serta kupon dibayarkan setiap triwulan,” terangnya.
Disaat yang sama SEVP Finance, Retail & Digital Banking Bank Mantap Fajar Ari Setiawan menuturkan, dalam rangka penerbitan obligasi ini, perseroan telah memperoleh hasil rating atas obligasi oleh PT Fitch Rating Indonesia dengan peringkat AA dan perusahaan yang menjadi penjamin pelaksana emisi dan penjamin emisi obligasi adalah PT Mandiri Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas.
“Masa penawaran awal obligasi (book building) tahap I akan dilakukan pada 23 Oktober hingga 6 November 2019. Selanjutnya, distribusi obligasi secara elektronik direncanakan akan dilakukan pada tanggal 26 November 2019 dengan target pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 27 November 2019.“ tutur Fajar.
Baca Juga: Bank Mantap Kantongi Dana Segar Rp500 M dari Bank Mandiri dan Taspen
Fajar menambahkan, Bank Mantap mencari likuiditas di pasar modal karena pertumbuhan kredit yang ekspansif. Pada akhir bulan Agustus 2019 kredit yang diberikan mencapai Rp 18,69 triliun, tumbuh 34,6 persen dari periode tahun lalu.
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK menyebabkan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to funding ratio (LFR) mencapai 93,38 persen per tanggal 31 Agustus 2019. Diharapkan dengan terbitnya obligasi tahap 1 ini dapat menekan rasio LFR dengan proyeksi akhir tahun 2019 di angka 90,50 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: