Jelang Pimpinan ISIS al-Baghdadi Menjemput Ajal, Ada Pengkhianatan dari Sang Ajudan
Terciumnya jejak pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi yang berujung pada kematiannya dalam operasi pasukan khusus Amerika Serikat di Idlib, Suriah, tak lepas dari pengkhianatan sang ajudan pemimpin teroris tersebut. Dua pejabat keamanan Irak mengungkap hal itu.
Jejak buronan nomor satu di dunia tersebut sebenarnya telah tercium saat tim intelijen Irak pada Februari 2018. Tim intelijen tersebut mengamankan informasi penting itu dari salah satu ajudan al-Bagdadi bernama Ismael al-Ethawi.
Dua pejabat tersebut menyebutkan, Ethawi pula yang memberi informasi kepada intelijen Irak tentang bagaimana bos ISIS selalu lolos dari penangkapan selama beberapa tahun. Saat menjadi buronan, Baghdadi terkadang mengadakan pembicaraan strategi dengan para komandannya, termasuk memindahkan minibus penuh sayuran untuk menghindari deteksi. Diketahui, Ethawi ditangkap oleh otoritas Turki dan diserahkan kepada Irak sehingga informasi penting tentang al-Baghdadi bisa digali.
Baca Juga: Donald Trump Sebut Pimpinan ISIS Baghdadi Tewas karena. . .
"Ethawi memberikan informasi berharga yang membantu tim agen multi-keamanan Irak menyelesaikan potongan-potongan yang hilang dari teka-teki gerakan Baghdadi dan tempat-tempat yang dulu dia sembunyikan," kata salah seorang pejabat keamanan Irak kepada Reuters yang dilansir Senin (28/10/2019).
"Ethawi memberi kami perincian tentang lima pria, termasuk dia, yang bertemu Baghdadi di Suriah dan lokasi berbeda yang mereka gunakan," lanjut pejabat tersebut yang tidak disebutkan namanya.
Presiden AS Donald Trump menyebutkan pada hari Minggu bahwa Baghdadi merintih, menangis dan berteriak sepanjang jalan saat serangan pasukan khusus AS berlangsung di wilayah Idlib, Suriah barat laut. Pada pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih, Trump menyebutkan pemimpin ISIS itu tewas bersama dua istri dan tiga anaknya saat ia meledakkan rompi bermuatan bahan peledak setelah melarikan diri ke terowongan buntu saat dikejar pasukan dan anjing militer AS.
Ajal kematian Baghdadi penuh dengan frustrasi bagi badan-badan intelijen Barat dan Arab, yang telah meneliti petunjuk tentang keberadaan seorang pria yang memberlakukan teror di sejumlah besar wilayah Suriah dan Irak tersebut. Selama memimpin ISIS, dia telah memerintahkan orang-orangnya untuk melakukan eksekusi massal, termasuk pemenggalan para sandera.
Baghdadi juga sering bertanggung jawab atas serangan mengerikan di lima benua atas nama ISIS dengan mencatut Islam sebagai klaim pembenaran atas kejahatannya. Mengubah sosok militan ISIS seperti Ethawi sangat penting bagi agen intelijen Irak yang mencoba melacak Baghdadi.
Baca Juga: Wow! Donald Trump Gelontorkan Dana Iklan Rp14 Miliar/Minggu
Ethawi, yang diketahui memegang gelar PHD dalam Ilmu Pengetahuan Islam, dianggap para pejabat intelijen Irak sebagai salah satu dari lima ajudan al-Baghdadi. Dia bergabung dengan al-Qaeda pada 2006 dan ditangkap oleh pasukan AS pada 2008. Menurut pejabat keamanan Irak, dia pernah dipenjara selama empat tahun.
Baghdadi memerintahkan Ethawi untuk peran-peran kunci seperti memberikan instruksi keagamaan dan pemilihan komandan ISIS. Setelah kelompok itu mulai runtuh pada tahun 2017, Ethawi melarikan diri ke Suriah dengan istrinya yang merupakan warga Suriah.
Saat awal tahun ini selama operasi gabungan, di mana AS, agen intelijen Turki dan Irak menangkap para pemimpin senior ISIS termasuk empat warga Irak dan satu warga Suriah.
"Mereka memberi kami semua lokasi di mana mereka bertemu dengan Baghdadi di dalam wilayah Suriah dan kami memutuskan untuk berkoordinasi dengan CIA untuk mengerahkan lebih banyak sumber di dalam wilayah-wilayah itu," kata salah seorang pejabat Irak, yang memiliki hubungan dekat dengan berbagai agen keamanan.
"Pada pertengahan 2019 kami berhasil menemukan Idlib sebagai tempat di mana Baghdadi pindah dari desa ke desa bersama keluarganya dan tiga pembantu dekat," kata pejabat itu.
Menurut informan di Suriah, lanjut pejabat itu, kemudian melihat seorang pria Irak memakai hiasan kepala kotak-kotak di pasar Idlib dan mengenalinya dari sebuah foto. Pria itu merupakan Ethawi. Dia kemudian dikuntit hingga terlacak rumah tempat al-Baghdadi tinggal.
"Kami menyerahkan detailnya kepada CIA dan mereka menggunakan satelit dan drone untuk mengawasi lokasi selama lima bulan terakhir," kata pejabat itu.
Pada dua hari lalu, al-Baghdadi meninggalkan lokasi bersama keluarganya untuk pertama kalinya, bepergian dengan minibus ke desa terdekat. "Itu adalah saat terakhirnya untuk hidup," kata pejabat itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri