Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mayapada Hospital Terbakar, Bagaimana Kekayaan Dato Sri Tahir?

Mayapada Hospital Terbakar, Bagaimana Kekayaan Dato Sri Tahir? Sri Dato Tahir. Nama Sri Dato Tahir erat kaitannya dengan amal yang begitu kental melekat pada dirinya. Triliunan rupiah dana sosial diglontorkan melalui Tahir Foundation dan h2H Foundation. Semakin banyak memberi, semakin bisnisnya bertumbuh. Belum pernah ada filantropis yang bisnisnya bangkrut. | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nama Dato Sri Tahir sudah tidak asing lagi di Tanah Air. Pasalnya, ia merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Dirinya dikenal sebagai pendiri Mayapada Group, yakni holding company yang memiliki beberapa unit bidang usaha, mulai dari perbankan, hingga rumah sakit.

Salah satu aset miliknya, Rumah Sakit Mayapada, di Lebak Bulus, Jakarta Selatan terbakar pada Senin (28/10/2019) malam.

Sri Tahir memang dikenal sebagai konglomerat yang rendah hati. Ia juga bergelut di bidang filantropi, sering menyumbangkan hartanya ke mana-mana. Dirinya pun mengaku sering memberikan sumbangan dalam bentuk uang. Sebagai bentuk kemanusiaan tanpa mengenal situasi.

Terkait musibah tersebut, Tahir datang langsung menyambangi rumah sakit untuk memastikan keadaan pasien di sana baik-baik saja.

Baca Juga: Mayapada Hospital Terbakar, Apa Sebabnya?

Berdasarkan pantauan Warta Ekonomi, meskipun Tahir tengah menghadapi cobaan ini, harta kekayaannya masih bertengger di angka US$4,8 miliar.

Pria kelahiran tahun 1952 ini bukanlah datang dari keluarga yang kaya raya. Ia hanya seorang anak penyewa becak miskin. Tahir pun pernah menceritakan kehidupannya dulu jauh dari kemewahan. Ia dan keluarga hanya tinggal di rumah kontrakan yang berada di Surabaya.

Namun, kemiskinan tak menyulutkan semangatnya. Ia terus berjuang untuk meraih kesuksesan.

Baca Juga: Soal Kerugian Akibat Kebakaran Mayapada Hospital, Manajemen SRAJ Bilang. . . .

"Jadi saya berjuang, saya tidak ada dendam. Tapi saya tidak mau diremehkan. Itu berat sekali. Maka itu, saya tidak senang dengan orang kaya, saya benci sama orang kaya. Orang kaya saya anggap itu imperialisme. Orang kaya itu kerjanya menindas, orang kaya itu kerjanya membully orang. Sampai sekarang. Habitat saya itu ada di orang miskin. Itu habitat saya," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: