Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

China Jadi Raksasa Ekonomi Dunia, Donald Trump Keok Nih?

China Jadi Raksasa Ekonomi Dunia, Donald Trump Keok Nih? Kredit Foto: REUTERS/Jason Lee
Warta Ekonomi, Jakarta -

China dan Amerika Serikat (AS) masih terus berduel dalam perang dagang yang belum berujung hingga detik ini. Namun, belakangan ini perekonomian China memang tengah mengalami perlambatan. Meski demikian, negri tirai bambu ini memiliki banyak sektor yang dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonominya.

Melansir dari Forbes, Jumat (8/11/2019), nasib farmasi dan layanan kesehatan di China menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi China. Rahasianya adalah meningkatnya pendapatan membuat orang-orang China menghabiskan uangnya untuk perawatan kesehatan.

Baca Juga: Kena Dampak Perang Dagang, Caterpillar PHK 120 Pekerja

Ada beberapa pengusaha di bidang kesehatan yang mengalami kenaikan harta kekayaan. Di antaranya adalah Bos Jiangsu Henrui Medicine, Piaoyang, naik menjadi urutan ke empat dan memperoleh kekayaan sebesar US$25,8 miliar.

Piaoyang juga membagi saham perusahaan bersama istrinya, Zhong Huijuan. Keduanya memperoleh pertumbuhan bisnis di Sun's Zhong serta IPO Hong Kong oleh perusahaan yang dipimpin Zhong, yaitu Jiangsu Shenzen Mindray.

Tak hanya itu, bahan bakar pendorong pertumbuhan perekonomian di China juga berasal dari IPO, hal ini dibuktikan bahwa perusahaan tradisional masih dapat menciptakan miliarder di China.

Baca Juga: Perang Dagang Tak Berefek, Pendapatan Alibaba Masih Tokcer! Ini Lini Bisnis Andalannya . . . .

Misalnya, bos produsen makanan ringan Three Squirrels, Zhang Liaoyuan yang memulai debutnya dalam daftar dengan perkiraan kekayaan bersih sebesar US$1,6 miliar dan bos perusahaan perangkat lunak ArcSoft, Dan Hui Deng, yang membuat daftar dengan perkiraan value US$1 miliar. Kedua perusahaan ini go public pada bulan Juli.

Uniknya, meski perang dagang AS-China tidak berpengaruh terhadap bisnis sektor kesehatan, tapi lain hal dengan penjualan mobil China yang sedang terpuruk.

Kekayaan Li Shufu, Bos Geely Group dan pemilik utama Volvo di China, harus merelakan kekayaannya yang terkoreksi menjadi US$12,9 miliar dari US$14,2 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: