Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indef Bongkar Penyebab Anjloknya Saham NAM

Indef Bongkar Penyebab Anjloknya Saham NAM Sejumlah karyawan mengamati layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 10,93 poin atau 0,18 persen ke level 6.191,95. | Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saham-saham portofolio Narada Asset Management (NAM) mengalami penurunan dan anjlok hingga angka 25 persen dalam kurun waktu 3 tiga hari berturut-turut. Penyebab turunya saham tersebut lantaran adanya kegagalan membayar bayar fasilitas margin di beberapa perusahaan sekuritas seperti Kiwoom Sekuritas, Samuel Sekuritas, KGI, Mega Capital dan beberapa perusahaan lain nya senilai  Rp150 Milyar.  

Saham-saham NAM yang turun sendiri mencakup PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) mengalami penurunan dari Rp850 per lembar menjadi Rp314 per lembar, PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) turun dari Rp1,100 per lembar menjadi Rp466 per lembar , PT Forzaland Indonesia Tbl (FORZ) turun dari Rp900 per lembar menjadi Rp298 per lembar, PT Borneo Olah Sarana Tbk (BOSS) turun dari Rp500 per lembar menjadi Rp179.

Menurut Peneliti Indef Abdul Manaf Pulungan, anjloknya saham NAM hingga potensi kegagalan membayar penempatan dana nasabah disebabkan dari faktor internal perusahaan asset management perusahaan itu sendiri 

"Biasanya dari sisi internal perusahaan karena perusahaan asset itu biasanya mereka menghimpun dana dari domestik dan mereka menjanjikan return yang sangat tinggi bagi investor," ungkapnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (15/11/2019).

Baca Juga: Ini Harapan Indef kepada Dirjen Pajak Baru

Baca Juga: Narada Aset Management Gelar Kelas Literasi Keuangan untuk Ibu-Ibu PKK

Lanjutnya, ia menjelaskan ketika perusahaan asset management itu menetapkan yield yang tinggi mereka harus melepaskan  instrumen yang tinggi ke investasi - investasi yang kurang secure.

"Misalnya, ratingnya katakan di bawah peluang untuk default sangat tinggi. Jadi karena ada desakan return yang harus dikasih pemilik dana jadi gak secure," ungkap dia. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: