Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menuntut Ilmu Hingga ke Negeri Singapura

Menuntut Ilmu Hingga ke Negeri Singapura Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia tidak perlu malu belajar dari negara tetangga Singapura agar bisa memiliki pelabuhan-pelabuhan berkelas dunia.

Pelabuhan Singapura sudah lama dikenal sebagai pelabuhan tersibuk di dunia. Ribuan kapal menurunkan jangkar di pelabuhan ini yang menghubungkan pelabuhan tersebut ke lebih dari 600 pelabuhan lain di 123 negara dan tersebar di enam benua. Setiap hari pelabuhan ini memberangkatkan kapal berlayar ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, hingga benua Eropa.

Sebenarnya sejarah Singapura sebagai pelabuhan bebas yang menjadi pusat perdagangan dan perkapalan baru dimulai pada awal abad ke-19 ketika Inggris menegakkan kekuasan di negara tersebut. Sebelumnya, pada abad ke-18 wilayah yang terletak di perairan Malaka ini masih belum banyak dihuni manusia.

Gubernur Inggris kala itu, Raffles, menilai Singapura sebagai daerah pelabuhan yang strategis untuk menarik perdagangan Asia. Ia berupaya menjadikan Singapura sebagai pusat perkapalan dan lalu lintas perdagangan antara Hindia dan Asia Timur.

Saat ini Pelabuhan Singapura dikenal sebagai pelabuhan yang mampu menangani kegiatan bongkar muat peti kemas secara cepat, efisien, dan nyaman untuk kapal-kapal kargo superbesar. Pelabuhan Singapura kemudian menjelma jadi gerbang tujuan ekspor untuk masuk ke Asia Tenggara (Global Transhipment Port/GTP).

Hal ini membuat Singapura mampu menikmati pemasukan dari jasa pelabuhan, sewa gudang, dan jasa pendukung pelabuhan lain. Pada akhirnya, sektor pelabuhan bisa memberi kontribusi besar terhadap perekonomian Singapura.

Ada beberapa alasan kapal-kapal raksasa dari berbagai belahan dunia lebih memilih untuk bersandar di Pelabuhan Singapura dibandingkan di pelabuhan-pelabuhan lain seperti fasilitas bongkar muat kontainer sangat memadai, posisi geografis strategis, dan memiliki kedalaman laut mencukupi sehingga dapat disinggahi oleh kapal-kapal kontainer besar berskala internasional.

Berkaca ke Singapura

Sebenarnya, Indonesia secara geografis memiliki nilai strategis yang melebihi Singapura. Tercatat, ada empat chokepoint lain selain Selat  Singapura yang berada di perairan Indonesia yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Ombai atau Selat Wetar. Potensi ini sangat besar sehingga cita-cita Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia bukan mimpi di siang bolong.

Direktur Utama Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II/IPC Elvyn G Masassya mengatakan bahwa untuk menjadi negara Poros Maritim Dunia maka Indonesia perlu belajar ke negara-negara lain yang sudah terbukti berhasil mengelola pelabuhan.

Sebagai perbandingan, PSA Singapore mencatat arus peti kemas mencapai 30,21 juta twenty-foot equivalent units (TEUs) pada tahun 2018 lalu. Adapun, Pelindo II hanya mencatat kinerja arus peti kemas sebesar 7,80 juta TEUs pada tahun 2018. Artinya, Pelindo II masih memiliki potensi besar untuk meningkatkan kinerja arus peti kemas mereka.

"Saya ingin mewujudkan pelabuhan berkelas dunia. Nah, untuk mewujudkan itu ada best practices dan ada benchmark. Bagaimana sih pengelolaan pelabuhan di negara lain? Kita tidak perlu malu mencontoh pengelolaan pelabuhan dari negara-negara yang sudah bagus," katanya di Jakarta, belum lama ini.

Berdasarkan best practices dan benchmark tersebut, Elvyn menjelaskan ada empat hal yang harus diperbaiki oleh Pelindo II yakni kecepatan, akses, peralatan modern, dan friendliness. Dengan keempat hal tersebut, ia meyakini Pelindo II bisa mengatasi persoalan-persoalan kepelabuhanan seperti dwelling time, efisiensi, dan infrastruktur.

"Saya sangat yakin kalau kita sama-sama memiliki kemauan dan keyakinan untuk menjadi world class maka berbagai macam persoalan kepelabuhanan akan bisa diatasi," sebutnya.

Sejak tahun 2016 Pelindo II mencanangkan visi untuk menjadi pelabuhan modern berkelas dunia (world class operator) pada tahun 2020 mendatang. Pelindo II mencanangkan lima langkah dan target tahunan untuk mewujudkan pelabuhan berkelas dunia, yakni tahap fit in infrastructure (2016), enhancement (2017), establishment (2018), sustainable (2019), dan world class (2020).

"Dubai juga bisa menjadi contoh bagi Pelindo II untuk menjadi pelabuhan berkelas dunia. Untuk bisa berkompetisi dengan negara-negara lain, kita harus menyiapkan pelabuhan yang setara dengan mereka," sebutnya.

Wajah Baru Pelabuhan

Saat ini Pelindo II telah berhasil mengubah wajah pelabuhan di Indonesia menjadi lebih canggih dan modern. Misalnya, dahulu Pelabuhan Tanjung Priok dikenal sebagai kawasan yang kotor, semrawut, dan serba manual. Saat ini wajah Pelabuhan Tanjung Priok berubah jadi modern dengan layanan yang serba otomatis berbasiskan teknologi dan digitalisasi.

Elvyn menjelaskan pengelolaan operasional dan pelayanan pelabuhan berbasis digital (digital port) merupakan faktor kunci agar pelabuhan-pelabuhan di Indonesia bisa bersaing dengan pelabuhan di negara lain. Ia pun menerapkan beberapa sistem otomatis seperti auto gate, e-payment, e-service portal, auto tally, terminal operating system, hingga marine operating system (MOS).

"Saya yakin bisnis pelabuhan ke depan adalah bisnis otomasi berbasis teknologi," sebutnya.

Berbagai macam upaya transformasi yang dilakukan oleh Pelindo II berbuah manis. Pelindo mencatatkan hasil positif baik dari sisi kinerja operasional maupun kinerja keuangan.

Selama periode 2016-2018 Pelindo II mencatat pertumbuhan pendapatan usaha dan laba bersih yang berkelanjutan. Dari sisi pendapatan usaha, Pelindo II mencetak pendapatan usaha sebesar Rp11,45 triliun pada tahun 2018 atau tumbuh 4,94% dibandingkan tahun 2017 yang sebesar Rp10,91 triliun. Adapun, pada tahun 2016 IPC hanya mencatat pendapatan usaha sebesar Rp8,92 triliun.

Laba Bersih Pelindo II

Tahun Laba Bersih
2016 Rp1,5 Triliun
2017 Rp2,21 Triliun
2018 Rp2,43 Triliun

Selain itu, Pelindo II berhasil mencetak rute baru pelayaran internasional (direct call) seperti Tanjung Priok-USA, Tanjung Priok-Eropa, dan Tanjung Priok-Australia.

Perlu diketahui, saat ini IPC memiliki 12 cabang pelabuhan yang tersebar di wilayah bagian barat Indonesia dan 17 anak perusahaan dan perusahaan afiliasi. Cabang-cabang pelabuhan Pelindo II ialah IPC Tanjung Priok, IPC Sunda Kelapa, IPC Banten, IPC Cirebon, IPC Panjang, IPC Palembang, IPC Bengkulu, IPC Teluk Bayur, IPC Pangkal Balam, IPC Tanjung Pandan, IPC Jambi, dan IPC Pontianak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: