Saingi UEA dan Prancis, IPC Siap Terapkan Blockchain di Pelabuhan Indonesia
Sebagian dari proses persiapan menuju digital port, dikatakan Elvyn, telah mulai dilakukan dalam beberapa waktu terakhir. Targetnya, pada tahun 2022 mendatang semua proses otomasi dan digitalisasi itu benar-benar sudah bisa diimplementasikan.
“Dengan begitu, ketika proses digitalisasi sudah mulai jalan di 2022, maka diharapkan bisa lebih mendukung target kami untuk bisa mengambil peran sebagai trade fasilitator pada 2024 mendatang,” papar Elvyn.
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memang mendorong berbagai sektor industri untuk dapat membuka diri terhadap pemanfaatan teknologi blockchain. Dengan kemampuannya menghubungkan kedua pihak secara langsung (end to end) secara realtime, blockchain diyakini dapat mengurai permasalahan logistik yang selama ini selalu menjadi isu krusial di Indonesia.
Baca Juga: Hingga September, Pelindo II Bukukan Laba Rp2,21 Triliun
“Masih banyak orang kan mikirnya blockchain itu udah langsung bitcoin aja, atau cryptocurrency. Padahal secara teknologi blockchain ini sangat usefull. Powerfull. Semangat blockchain adalah menghilangkan peran perantara. Dia menghubungkan pembeli dan penjual secara langsung. End to end. Jadi nanti akan hilang tuh mata rantai sebagai intermediary,” ujar Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Logistik dan Rantai Pasok, Rico Rustombi, dalam kesempatan terpisah.
Di industri pelabuhan, menurut Rico, keberadaan blockchain juga bisa dimanfaatkan untuk menyederhanakan rantai layanan logistik di pelabuhan yang selama ini sangat panjang sehingga membuat biaya layanan menjadi mahal.
Langkah mendorong efisiensi lewat blockchain ini diantaranya telah dilakukan oleh Pelabuhan Abu Dhabi, dengan menggunakan platform yang diberi nama Silsal. Selain untuk efisiensi harga layanan, pemanfaatan blockchain juga diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan data perdagangan yang ada di pelabuhan.
Baca Juga: Wow, Transaksi Syariah Kini Bisa Dilakukan via Blockchain
“Nantinya semua data dokumentasi akan kami enkripsi, mulai dari dokumen transportasu, Bill of Loading, Delivery Order, booking, order transportasi dan sebagainya. Dengan begitu semua pihak terkait dapat saling bertukar data secara lebih cepat dan efisien,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Maqta Gateway, Noura Al-Dhaheri. Maqta Gateway sendiri merupakan anak usaha dari Pelabuhan Abu Dhabi yang khusus ditugaskan sebagai operator dari Silsal.
Selain Pelabuhan Abu Dhabi, penerapan blockchain di pelabuhan juga dilakukan oleh Marseille-Fos Port, pelabuhan terbesar di Perancis. Seperti halnya Abu Dhabi, pemanfaatan blockchain di Marseille-Fos Port juga dimaksudkan untuk menyederhanakan sistem logistik pelabuhan sehingga kinerja layanan yang dihasilkan dapat lebih cepat dan maksimal.
Upaya ini tak lepas dari hasil riset yang telah dipresentasikan oleh World Economic Forum (WEF), di mana pemanfaatan teknologi blockchain diyakini dapat menghemat total biaya logistik di seluruh dunia hingga 20 persen. Diharapkan ke depan bakal semakin banyak pelabuhan yang mulai mengadopsi blockchain untuk dapat mempermudah segala proses layanan yang ada di pelabuhan, sekaligus juga menekan biaya logistik yang ada.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Lestari Ningsih