Waduh! #BoikotSampoerna Jadi Trending Twitter, Ternyata Gara-Gara Hal Ini!
Tetiba saja, #BoikotSampoerna berhasil masuk ke daftar tren Twitter, Selasa (26/11/2019) siang ini. Warganet menuangkan amarah ke dalam cuitan kepada perusahaan raksasa kretek itu, kira-kira apa sebabnya?
Setelah menilik ribuan cuitan, Warta Ekonomi menemukan sejumlah utas yang membahas perihal sistem pengalihdayaan (outsource) dalam urusan tenaga kerja perusahaan tersebut. Salah satunya datang dari warganet bernama pengguna @TujuWidodo.
"Sampoerna selalu membanggakan tenaga kerja besar(nya). Dengan segala macam kebanggaan memiliki hampir 50 ribu tenaga kerja. Padahal pada praktiknya, Samporna menggunakan sistem Mitra Produksi Sampoerna (MPS) untuk urusan ketenagakerjaan," tulisnya.
Baca Juga: Sudah Berjumlah 120 Ribu Toko SRC, Begini Cara Sampoerna Kembangkan Jaringannya
Ia melanjutkan, sistem MPS menguntungkan bagi Sampoerna karena adanya efisiensi tenaga kerja dan penghematan biaya produksi. Hal itu membuat Sampoerna bisa meningkatkan kapasitas produksi dengan signifikan tanpa membangun pabrik baru atau memperluas yang telah ada.
"Samporena juga bisa terbebas dari masalah tenaga kerja, seperti pesangon, pensiun atau hak tenaga kerja lainnya karena sudah menjadi tanggung jawab dari pihak ketiga sebagai mitra usaha," lanjut Tuju Widodo.
Nah, berdasarkan utas tersebut, Sampoerna dinilai menyalahi UU Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 66 UU Ketenagakerjaan disebutkan, pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa tak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau yang berhubungan dengan proses produksi.
Baca Juga: Ekonomi Melambat, Tenaga Kerja Makin Seret
Dalam utas itu, Tuju Widodo pun menuliskan, "dalam industri rokok, aktivitas melinting rokok merupakan core bisnis yang tak bisa dilimpahkan oleh pihak lain, selain hubungan antara pemberi kerja dan pekerja."
Ia juga membahas soal penelitian terhadap sistem MPS yang pernah dilakukan oleh Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan AKATIGA (2010). Berikut ini utas lengkap dari Tuju Widodo:
Sampoerna selalu membanggakan bahwa mereka adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja besar. Dengan segala macam kebanggaan memiliki hampir 50.000 tenaga kerja. #BoikotSampoerna
— T. Widodo (@TujuWidodo) November 26, 2019
Tidak hanya Tuju Widodo, akun Laskar Kretek yang mengklaim sebagai keluarga petani tembakau Indonesia juga membuat utas serupa. Akun itu membahas soal produksi sigaret kretek tangan (SKT) yang dilakukan oleh buruh dari 38 MPS di Pulau Jawa.
Sampoerna dalam memproduksi sigaret kretek tangan (SKT) yang notabene dilakukan oleh pekerja (buruh), menyerahkan kepada 38 MPS yang tersebar di Pulau Jawa. #BoikotSampoerna pic.twitter.com/Z1gfkCCZhN
— LASKAR KRETEK (@LaskarKretek) November 26, 2019
Hingga pukul 11.48 WIB, ada sekitar 1.868 cuitan yang menggunakan tagar #BoikotSampoerna. Andakah salah satunya?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna