Dalam kesempatan yang sama, Naoyuki Yoshino dari Asian Development Bank Institute (ADBI) menyampaikan bahwa negara yang terjebak dalam pendapatan kelas menengah juga disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengadaptasi teknologi. Untuk itu, peningkatan foreign direct investment (FDI) penting.
"Jika FDI sudah masuk, negara dapat mengembangkan teknologinya sendiri. Dari sisi kebijakan fiskal, Indonesia juga dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kepatuhan dan mencegah penggelapan pajak," tandasnya.
AIFED merupakan kegiatan tahunan yang diselengggarakan untuk mendapatkan pemikiran komprehensif mengenai penguatan produktivitas dan daya saing ekonomi Indonesia dalam konteks menuju Indonesia Emas dan lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah.
Baca Juga: 2019, Ekonomi RI Bukan Cuma Survive,Tapi...
Dalam acara ini juga dilakukan soft launching laporan hasil studi bersama Kemenkeu dengan ADB berjudul Innovate Indonesia: Unlocking Growth Through Technological Transformation.
Forum ini menjadi sarana bagi para akademisi, pelaku usaha, dan pembuat kebijakan, agar berkolaborasi mengidentifikasi tantangan ke depan serta menyiapkan strategi kebijakan yang tepat untuk memanfaatkan potensi sumber daya manusia (SDM) dan kemajuan teknologi guna mewujudkan Indonesia menjadi negara maju.
Pada tahun ini, AIFED dilaksanakan atas kerja sama Kementerian Keuangan dengan dukungan dari Asian Development Bank (ADB), Pemerintah Australia (melalui Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian/Prospera), ADB Institute (ADBI), United Nation Children's Fund (UNICEF), dan Bank Dunia. Penyelenggaraan AIFED tahun ini merupakan yang ke-9 sejak pertama kali diadakan pada 2011.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: