Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memperingatkan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bahwa diktator muda itu bisa membahayakan "hubungan khusus" mereka jika rezimnya mulai bersikap agresif. Selain itu, sikap Korut yang memilih untuk meninggalkan komitmen terhadap denuklirisasi juga akan menjadi faktor yang bisa membuat “hubungan khusus“ kedua pemimpin menjadi renggang.
"Kim Jong-un terlalu pintar dan mendapat banyak kerugian, jika dia bertindak dengan cara yang bermusuhan," kata Trump lewat cuitan di akun twitternya. "Dia tidak ingin membatalkan hubungan istimewanya dengan Presiden Amerika Serikat atau mencampuri Pemilihan Presiden AS pada bulan November," lanjut Trump.
Baca Juga: Beri Sinyal Aksi Konfrontasi, Kim Jong-un Tunggangi Kuda Putih Lagi
Seperti dilaporkan USA Today, Minggu (8/12), Trump mengingatkan Jong-un akan komitmennya tersebut. Menurut Trump, rezim Jong-un harus melakukan denuklirisasi seperti yang dijanjikan. "NATO, China, Rusia, Jepang, dan seluruh dunia bersatu dalam masalah ini!" Kata Trump.
Pada akhir pekan kemarin, Korut mengumumkan bahwa mereka telah melakukan "tes yang sangat penting" di sebuah situs rudal jarak jauh. Padahal tahun lalu, Trump melayangkan pujian pada Jong-un karena telah membongkar situs nuklir itu dan menyebutnya sebagai bukti komitmen Korut terhadap denuklirisasi.
Setelah pertemuan pertama di Singapura pada Juni 2018, Trump dengan bangga mengumumkan bahwa Jong-un telah menyetujui "denuklirisasi lengkap" di Semenanjung Korea dan bahwa Jong-un "telah menghancurkan situs utama pengujian mesin rudal."
Sementara saat ini, citra satelit menunjukkan bahwa uji coba mesin roket Korut dilangsungkan di antara struktur yang dibongkar di Sohae Satellite Launching Ground. Para ahli percaya, lokasi itu adalah pusat pengembangan mesin untuk rudal balistik antarbenua. Pada bulan Maret, intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa pekerjaan sedang dilakukan untuk membuat situs tersebut berfungsi kembali.
Korut sendiri tidak memberikan rincian tentang sifat dari tes yang baru saja mereka lakukan. Namun Kim Dong-yub, seorang analis di Institute for Far Eastern Studies, Seoul, mengatakan kepada Associated Press bahwa uji coba itu mungkin merupakan uji pertama rezim Korut terhadap mesin bahan bakar padat untuk rudal balistik antarbenua. Roket itu sebelumnya menggunakan bahan bakar cair dan beralih ke bahan bakar padat, yang diyakini akan meningkatkan mobilitas sambil memotong waktu yang dibutuhkan untuk peluncuran.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: