Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah banyak memberikan program untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme, kepada seluruh komponen masyarakat termasuk penggunaan media sosial di dunia maya kalangan milenial.
Kasubdit Kontra Propaganda Direktorat Pencegahan Deputi 1 BNPT Kolonel Pas Sujatmiko mengatakan kalangan milenial termasuk mahasiswa perlu turut serta dalam mencegah radikalisme, karena saat ini paham tersebut mudah menyebar di tengah tengah masyarakat bahkan tingkat presentasinya lebih dari 10% kecenderungan radikalisme di Indonesia.
"Kita mengajak mahasiswa untuk lebih tahu pola radikalisme yang mengarah kepada tindakan terorisme, agar mahasiswa mengenali dari mulai sebelum kejadian, saat kejadian dan pasca kejadian," kata Sujatmiko kepada wartawan saat diskusi radikalisme yang digelar Universitas Widyatama bersama Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jabar di Kampus Widyatama, Kota Bandung, Senin (9/12/2019).
Baca Juga: Kata Siapa Kasus Habib Rizieq Itu Terorisme? BNPT: Bukan!
Baca Juga: Minta Sandi: Semua Pihak Ajak Milenial Melek Investasi
Sujatmiko menjelaskan guna mengantisipasi paham radikalisme, BNPT telah membentuk Duta Damai Dunia Maya dari kalangan milenial yang tersebar di 13 provinsi. Tidak hanya di Indonesia, Duta Dunia Maya ini nantinya juga akan ada di 9 negara ASEAN.
"Alhamdulillah di Jabar sudah terbentuk. Tugasnya melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan milenial dan informasi lain seperti media sosial," ungkapnya.
Adapun, Rektor Widyatama Obsatar Sinaga menambahkan pihaknya akan mengembangkan cara-cara milenial dalam menangkal paham radikalisme. Pihaknya juga menyambut baik apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat dalam urusan pencegahan radikalisme dan terorisme.
"Kita tahu betul penanganan ini tidak gampang tapi kita juga tidak bisa hanya mengandalkan Pemerintah. KIta harus lawan apa pun gerakan radikalisme," tegasnya.
Obi-sapaan Rektor Widyatama Obsatae Sinaga menyebutkan guna megantisipasi keterlibatan mahasiswa dalam paham tersebut maka mereka dilibatkan dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sehingga mereka lebih sibuk dengan kegiatan akademis. Artinya, mereka tidak berpikir tentang radikalisme.
"Ini lamgkah deteksi dini. Jika ada mahasiswa yang mencurigakan, terpengaruh paham radikalisme maka harus segera dilaporkan!," tegasnya.
Obi menambahkan jika ada mahasiswa Widyatama yang terlibat dalam gerakan radikalisme maka akan berhubungan langsung dengan aparat kepolisian.
"Kita serahkan kasus ini dalam ranah hukum yang berlaku dan tentu jika sudah terlibat sudah pasti drop out," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil