Amerika Serikat (AS) masih menjadi tujuan utama banyak orang untuk memperbaiki kehidupan. Tidak sedikit yang rela membayar mahal kepada jaringan penyelundup dan perdagangan manusia untuk bisa masuk ke Negeri Paman Sam.
Ternyata, para migran asal China harus membayar lebih mahal kepada mafia untuk bisa masuk secara ilegal ke AS. Bahkan, mereka juga rela diselundupkan di dalam mesin cuci hingga lemari.
Jaksa AS Marc Carlos mengungkapkan migran China rela membayar lebih mahal kepada penyelundup manusia untuk bisa melintasi perbatasan. “Saya sudah menangani kasus seperti ini sejak lama,” ujarnya dilansir NBC.
Baca Juga: Kapal Tenggelam di Pantai Mauritania, 58 Migran Tewas
Carlos mengungkapkan, tarif penyelundupan migran China terus naik. Rata-rata migran China membayar USD40.000 (Rp561 juta) hingga USD60.000 (Rp842 juta) kepada para penyelundup. Sekadar sebagai perbandingan, tarif penyelundupan warga Latin melalui perlintasan San Ysidro hanya USD6.000 (Rp84 juta) hingga USD10.000 (Rp140 juta). “Para migran umumnya melakukan transaksi di Meksiko,” ujar Carlos.
Banyak penjahat kini lebih beralih memilih menyelundupkan manusia dibandingkan narkoba karena hukumannya lebih ringan. Menyelundupkan narkoba bisa dihukum 10 tahun, kalau menyelundupkan manusia hanya dihukum tiga tahun.
Permintaan penyelundupan migran China juga terus meningkat dari tahun ke tahun. “Kita melihat peningkatan warga China yang diselundupkan ke AS dengan cara yang berbahaya,”kata Mark Conover dari Kantor Kejaksaan AS. Bahkan, dia juga menemukan migran yang diselundupkan dengan kapal dan jetski. “Para migran itu mempertaruhkan nyawa mereka dengan melakukan apa saja agar tidak terdeteksi,” ujarnya.
Terbaru, upaya penyelundupan migran asal China terungkap ketika 11 orang ditemukan bersembunyi di dalam furniture hingga mesin cuci. Penyelundupan terbaru terungkap ketika pemeriksaan truk yang baru tiba dari Meksiko oleh Pertugas Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai AS. Mereka ditemukan di perlintasan San Ysidro di kota San Diego pada 7 Desember lalu.
Dalam inspeksi terhadap isi truk, petugas perbatasan menemukan warga China yang berada di dalam mesin cuci. “CBP tidak bisa menekankan tentang bahaya penyelundupan orang. Mereka adalah manusia di mana penyelundup memperlakukan korban secara tidak manusiawi. Itu bisa berdampak kematian,”kata Direktur Lapangan Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai (CBP) Pete Flores, dilansir Channel News Asia.
Flores menambahkan, satu migran mengalami luka serius. Sedangkan sopir truk, pria asal AS yang berusia 42 tahun, telah ditahan. Otoritas AS juga menyatakan 11 migran China akan menghadapi proses imigrasi dan akan dijebloskan ke penjara.
Baca Juga: Ciptakan One Big Data, Kemenlu RI Lindungi Buruh Migran di Luar Negeri
Kasus penyelundupan manusia tersebut bukan pertama kalinya ditemukan di perlintasan San Ysidro. November lalu, lima warga China disembunyikan di dinding palsu di dalam sebuah truk.
Kemudian, menurut April Nicole Russo, pejabat Koordinator Perdagangan Manusia di Michigan, AS, penyelundupan manusia paling marak di AS adalah perdagangan para pekerja seks. Itu menjadi perbudakan di abad modern. “Banyak orang di dalam anggota masyarakat kita dieksploitasi,” kata Russo. Dia mengatakan, nilai transaksi perdagangan manusia setiap tahunnya bisa mencapai USD150 miliar.
“Perdagangan manusia itu merupakan perdagangan ilegal untuk mengeksplotasi untuk kepentingan komersial,” ujar Russo. “Itu melibatkan banyak pria dan wanita, bocah laki-laki dan perempuan, dan itu terjadi saat ini,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: