Ia mengatakan bisa dilakukan lewat fasilitas pengolahan dimethyl ether (DME), gas dari batu bara yang menggantikan liquid petroleum gas (LPG). Jika DME diolah dari batu bara, akan jauh lebih murah daripada lifting minyak dan gas alam.
Kemudian soal produksi minyak Indonesia terus turun, "Ini karena masih senang impor minyak. Sudah saya pelajari, nggak benar kita ini. Avtur masih impor, padahal crude palm oil bisa dipidah menjadi avtur, kok kita senang impor avtur karena ada yang hobinya impor karena untung gede," ungkap dia.
Diketahui, dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-Oktober 2019 angka impor migas Indonesia mencapai US$ 17,617 miliar atau Rp246,6 triliun turun tipis dari periode yang sama tahun lalu US$ 24,97 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: