Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sanksi AS Disebut Alat Utama untuk Menindas, Iran Menegaskan!

Sanksi AS Disebut Alat Utama untuk Menindas, Iran Menegaskan! Presiden Iran Hassan Rouhani. | Kredit Foto: (Foto/Reuters)
Warta Ekonomi, Manchester -

Presiden Iran Hassan Rouhani menggunakan konferensi Islam di Kuala Lumpur untuk mengutuk sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap negaranya. Ia juga mendesak negara-negara Muslim untuk memperdalam kerja sama keuangan dan perdagangan untuk melawan apa yang disebutnya sebagai hegemoni ekonomi AS.

Rouhani mengulangi pernyataannya bahwa AS telah menggunakan sanksi ekonomi sebagai alat utama untuk mendominasi dan menindas negara-negara lain.

Ia juga mengatakan AS berusaha melumpuhkan Iran dengan "sanksi terberat" tetapi ekonomi negara itu membaik dan menjauh dari ketergantungan pada minyak.

Baca Juga: PBB Desak AS Hapus Pembatasan Diplomat Iran

"Dunia Muslim harus merancang langkah-langkah untuk menyelamatkan diri dari dominasi dolar Amerika Serikat dan rezim keuangan Amerika," katanya pada upacara pembukaan konferensi tiga hari yang mencakup para pemimpin dari Turki, Qatar dan tuan rumah Malaysia.

Rouhani menyarankan penciptaan mekanisme perbankan dan keuangan khusus di antara negara-negara Muslim, menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan dan saling memberi hak perdagangan untuk memperdalam hubungan.

Ia mengatakan meningkatnya ekstremisme serta tantangan seperti pemerintahan yang lemah, kemiskinan dan korupsi membahayakan kedaulatan dan membuka jalan bagi campur tangan Barat di Suriah, Yaman, Afghanistan dan negara-negara Muslim lainnya.

"Tetapi jika negara-negara Muslim memanfaatkan kekuatan kolektif mereka, mereka dapat menghadapi masalah seperti itu," katanya seperti dikutip dari ABC News, Kamis (19/12/2019).

Rouhani juga mengusulkan agar konferensi Kuala Lumpur membentuk dana bersama untuk membiayai kerja sama teknologi di antara negara-negara Muslim, mendirikan pusat penelitian bersama dalam kecerdasan buatan dan ruang maya, serta menciptakan pasar Muslim dalam ekonomi digital dan mata uang digital.

Sementara itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meluncurkan kritik terselubung terhadap Organisasi Kerja sama Islam (OKI), mengatakan kepada konferensi bahwa platform yang membawa dunia Muslim bersama dikepung oleh "kurangnya implementasi."

"Kami masih belum membuat kemajuan mengenai penyebab Palestina, kami masih tidak bisa menghentikan eksploitasi sumber daya kami, kami masih tidak bisa mengatakan 'berhenti' pada fragmentasi dunia Muslim atas sektarianisme, itu sebabnya," kata Erdogan.

Baca Juga: Pelanggaran HAM terhadap Uighur Tak Bisa Disembunyikan, AS Berharap China...

Erdogan mengatakan Muslim menyumbang 94 persen dari konflik di seluruh dunia dengan satu dari tiga senjata yang dijual secara global menemukan jalannya ke Timur Tengah.

"Orang-orang Muslim menggunakan sumber daya mereka untuk persenjataan dan untuk konflik dan sambil melakukan itu mereka memperkaya pedagang senjata Barat," tambahnya.

Arab Saudi menolak hadir dalam konferensi tersebut karena tidak diadakan di bawah OKI yang bermarkas di negara itu. Arab Saudi dan Iran adalah musuh bebuyutan. Sementara Pakistan juga menarik diri dari konferensi itu dalam upaya untuk meredam kemarahan sekutunya, Arab Saudi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: