Perempuan Indonesia Ini Dulu Anggota ISIS, Kini Perangi Radikalisasi
"Di Indonesia, Facebook adalah saluran yang disukai (untuk ekstremis)," kata Kusumarini. "Calon yang direkrut pertama kali terpapar. Kemudian mereka dapat mencari (informasi) sendiri dan kemudian mereka bertemu. Setelah itu mereka melanjutkan menggunakan saluran pribadi, seperti Telegram."
Ketika perusahaan-perusahaan seperti Facebook dan Twitter telah meningkatkan tindakan keras mereka terhadap kelompok-kelompok ekstremis online, ISIS masih mengandalkan platform media sosial tertentu untuk komunikasi internal dan rekrutmen.
Menurut sebuah laporan yang dirilis pada bulan Juni oleh The George Washington University's Program on Extremism, Telegram berfungsi "sebagai platform online yang stabil untuk konten pro-ISIS, ekosistem untuk membangun jaringan ekstremis, alat komunikasi internal yang efektif dan aman, dan forum untuk merekrut anggota baru ISIS."
Baca Juga: Lakukan Langkah Benar, Inggris Pulangkan Anak Anggota ISIS dari Suriah
Para Pengkhotbah Terlibat
Pihak berwenang Indonesia mengatakan mereka semakin banyak melibatkan tokoh agama dalam program deradikalisasi mereka. Habib Husein Ja'far al-Hadar, seorang pengkhotbah yang videonya populer di kalangan anak muda di Indonesia, menawarkan tiga cara untuk mengurangi dampak konten radikal di internet.
"Jika Anda mencari bahan-bahan seperti ceramah agama, pastikan sumber ceramahnya jelas dan pengkhotbahnya memiliki reputasi yang baik," katanya saat memberikan sambutan di acara Bandung.
"Kedua, lihat apakah ceramah itu menyebarkan cinta atau kebencian. Jika disampaikan dengan cara yang tidak sopan, meskipun itu benar, Anda memiliki hak untuk menolak. Nabi dikirim dengan moralitas kesopanan," katanya.
"Ketiga, jika ceramah mengajarkan kekerasan, maka pergilah. Pada dasarnya setiap orang diberi hati yang penuh cinta oleh Tuhan," imbuh Habib Husein.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: